Pemilu Yunani berimbas sesaat di komoditas



JAKARTA. Hasil pemilu parlemen Yunani belum sanggup mengangkat harga komoditas. Beberapa harga komoditas justru menurun tipis.Kekhawatiran pasar mengenai krisis Eropa tidak hilang dengan keluarnya partai pro-bailout sebagai pemenang pada pemilu Yunani, 17 Juni lalu. Pada pembukaan pasar Eropa kemarin (18/6) pagi, beberapa harga komoditas sempat terangkat, kecuali emas. Namun, euforia Yunani tidak bertahan lama.

Sampai dengan pukul 18.30 WIB, harga minyak dan emas justru turun. Hanya saja, minyak kelapa sawit naik. Berikut ulasan pada masing-masing harga komoditas.

Minyak Mentah


Ariston Tjendra, Kepala Riset dan Divisi Analis Monex Investindo Futures, mengatakan, koreksi harga minyak mentah masih terbuka. Penguatan dollar AS membuat minyak kian tertekan. Harga minyak masih tren turun dari 8 Mei, tren menguat belum stabil. Sepekan ini, ia memprediksikan, minyak berkisar US$ 82,30–US$ 87 per barel.

Batubara

Hasil pemilu Yunani dan pertemuan The Fed tak memengaruhi harga komoditas energi, termasuk batubara. Batubara akan kembali ke jatuh. Ibrahim, analis Harvest International Futures, melihat, teknikal masih bisa rebound terbatas. Hitungan dia, sepekan ke depan harga batubara di US$ 87 per ton.

Emas

Harga emas juga tak terpengaruh hasil pemilu Yunani. Hasil pertemuan The Fed menjadi momen yang sangat ditunggu. Jika The Fed jadi mengeluarkan stimulus lanjutan, harga emas bisa naik. Namun, analis memprediksi tidak ada stimulus. Selama sepekan nanti, Suluh Wicaksono, Head of Analyst Askap Futures, memprediksi emas bergerak di US$ 1.605–US$ 1.660 per troi ons.

CPOMinyak kelapa sawit alias crude palm oil (CPO) kemarin memang menguat 1,67% ke RM 2.890 per ton. Tapi, tren bearish masih nampak. Zulfirman Basir, analis Monex Investindo Futures, memprediksi, dalam sepekan, harga minyak sawit bergerak di RM 2.838–RM 3.000 per ton. Maklum sentimen baik dari Yunani tak berpengaruh signifikan pada fundamental dari pasar komoditas. Para analis kompak menyebut, efek Yunani cuma sementara.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Asnil Amri