Pemimpin Hamas Yahya Sinwar Tewas, Hezbollah Janjikan Eskalasi Perang dengan Israel



KONTAN.CO.ID - Kelompok Hezbollah Lebanon pada hari Jumat (18/10) mengumumkan bahwa mereka akan memasuki fase baru dalam perang yang semakin intensif melawan Israel.

Setelah pemimpin Hamas Yahya Sinwar, dilaporkan tewas oleh pasukan Israel. Senada, Iran turut menyatakan bahwa "semangat perlawanan akan semakin kuat" menyusul kematian Sinwar.

Sinwar, yang dikenal sebagai otak di balik serangan 7 Oktober 2023 yang memicu perang Gaza, tewas di Gaza pada hari Rabu (16/10). Peristiwa ini menjadi momen penting dalam konflik yang telah berlangsung selama setahun.


Baca Juga: Pabrik Pepsi dan Coca-Cola di Tepi Barat Kehabisan Stok Kaleng dan Gula

Beberapa pemimpin Barat menganggap kematiannya sebagai peluang untuk mengakhiri konflik, namun Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu, menegaskan bahwa perang akan terus berlanjut hingga semua sandera yang ditawan oleh militan Hamas dibebaskan.

"Hari ini, kami menuntaskan dendam. Kejahatan telah mendapatkan balasan, namun tugas kami belum selesai," kata Netanyahu dalam sebuah pernyataan video yang dirilis pada hari Kamis, setelah kematian Sinwar dikonfirmasi.

“Kepada keluarga sandera, saya mengatakan: Ini adalah momen penting dalam perang ini. Kami akan terus bertempur hingga semua yang Anda cintai, yang kita cintai, kembali ke rumah.”

Baca Juga: 4 Tokoh yang Disebut-sebut Bakal Menjadi Pemimpin Hamas Berikutnya

Kematian Sinwar dan Reaksi Hamas

Sinwar diyakini tewas saat bersembunyi di jaringan terowongan bawah tanah yang dibangun oleh Hamas di Gaza selama dua dekade terakhir.

Pasukan Israel awalnya tidak menyadari bahwa mereka telah menangkap musuh nomor satu negara itu.

Hingga saat ini, Hamas belum memberikan komentar resmi, tetapi beberapa sumber dalam kelompok tersebut mengisyaratkan bahwa indikasi yang mereka terima menunjukkan bahwa Sinwar memang tewas dalam operasi pasukan Israel.

Baca Juga: Hizbullah Tingkatkan Intensitas Perang dengan Israel Setelah Yahya Sinwar Terbunuh

Potensi Eskalasi di Timur Tengah

Meskipun ada harapan dari Barat akan terjadinya gencatan senjata, kematian Sinwar justru dapat meningkatkan ketegangan di Timur Tengah, dengan prospek konflik yang lebih luas semakin terlihat.

Israel telah meluncurkan kampanye darat di Lebanon bulan ini dan berencana menanggapi serangan rudal 1 Oktober yang dilakukan oleh sekutu Hamas, Iran, serta Hezbollah di Lebanon.

Namun, kematian Sinwar bisa menjadi langkah maju dalam upaya mengakhiri perang, yang telah menewaskan lebih dari 42.000 warga Palestina, menurut otoritas kesehatan Gaza.

Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden, yang berbicara dengan Netanyahu melalui telepon untuk mengucapkan selamat mengatakan bahwa kematian Sinwar memberikan kesempatan untuk mengakhiri konflik di Gaza dan membawa para sandera kembali ke rumah.

Baca Juga: Ini Peringatan Rusia kepada Israel Terkait Nuklir Iran

Tantangan Menuju Gencatan Senjata

Juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Matthew Miller menyebut Sinwar sebagai "penghalang utama" untuk mengakhiri perang dan mengatakan bahwa kematiannya mungkin membuka peluang untuk gencatan senjata.

“Penghalang tersebut kini telah disingkirkan. Tidak bisa dipastikan bahwa penggantinya akan setuju pada gencatan senjata, namun setidaknya halangan utama selama beberapa bulan terakhir telah hilang,” kata Miller.

Meski begitu, Iran menyatakan bahwa dukungannya tidak akan berubah. "Semangat perlawanan akan semakin kuat," kata misi Iran untuk PBB dalam pernyataannya.

Hezbollah juga menegaskan sikap mereka, mengumumkan "peralihan ke fase baru yang lebih intensif dalam konfrontasi dengan Israel."

Di Israel, beberapa keluarga sandera menanggapi kematian Sinwar dengan perasaan campur aduk.

Baca Juga: Inilah Reaksi Internasional atas Kematian Pemimpin Hamas Yahya Sinwar

Ayah Noa Marciano, yang dibunuh dalam penawanan Hamas, mengatakan bahwa meski kematian Sinwar membawa sedikit keadilan, itu tidak akan memberikan kenyamanan.

"Monster yang mengambil putriku, yang berlumuran darah semua anak perempuan kami, akhirnya menemui gerbang neraka," katanya kepada penyiar Israel, KAN.

Sementara itu, di Khan Younis, Gaza, seorang warga Palestina bernama Thabet Amour mengatakan bahwa perlawanan akan terus berlanjut.

“Perlawanan ini tidak akan berakhir hanya karena orang-orangnya hilang," katanya.

"Pembunuhan Sinwar tidak akan membawa akhir pada perlawanan atau kompromi."

Selanjutnya: Huawei&XL Axiata Luncurkan Pembangunan Jaringan Inti Terkonvergensi Penuh, Bisnis 5G

Menarik Dibaca: BNI Sekuritas Ajak TOMORO COFFEE Gelar Sekolah Pasar Modal

Editor: Yudho Winarto