Pemimpin Hezbollah bantah pihaknya terlibat dalam ledakan di Lebanon



KONTAN.CO.ID -  BEIRUT. Pasca-ledakan dahsyat yang mengguncang Lebanon pada Selasa (4/8/2020), Hezbollah memberi respons di tengah penyelidikan tentang penyebab terjadinya bencana yang telah merenggut nyawa 100 orang lebih dan 5.000 orang luka-luka.

Masih terbuka dugaan apakah itu akibat kelalaian penyimpanan zat eksplosif atau dikarenakan adanya serangan dari lawan. Pada Jumat (7/8/2020), Presiden Michael Aoun masih memperkirakan dua kemungkinan penyebab tersebut.

"Kelalaian atau campur tangan asing melalui rudal atau bom," ucap Aoun dikutip dari AFP.


Baca Juga: Petaka Beirut dan Regulasi Kimia Reaktif

Melansir Al Jazeera pada Sabtu (8/8/2020), Pemimpin Hezbollah, Hassan Nasrallah angkat suara mengenai tudingan keterlibatan pihak pasukan militannya, terhadap ledakan dahsyat yang terjadi di gudang pelabuhan Beirut, Lebanon.

Nasrallah membantah keras klaim pasukannya memiliki simpanan senjata di gudang itu yang memicu ledakan terjadi, dan ia mengatakan bahwa penyelidikan akan "mengungkapkan kebenaran" di balik ledakan mematikan itu.

"Kami tidak memiliki apa-apa di pelabuhan, tidak ada gudang senjata, atau depot rudal atau rudal atau senapan atau bom atau peluru atau amonium nitrat," kata Nasrallah dalam pidato yang disiarkan dalam televisi.

Lalu, ia menerangkan juga bahwa, "Orang-orang kami termasuk di antara mereka yang terluka dan tewas dalam ledakan itu." Nasrallah meminta pertanggungjawaban dan mencatat bahwa ada "konsensus" untuk penyelidikan yang adil dan transparan.

Baca Juga: WHO larang negara maju monopoli vaksin virus corona, ini alasannya

"Siapapun yang bertanggung jawab harus dimintai pertanggungjawaban. Tidak ada yang boleh melindungi," katanya.

Sekretaris jenderal kelompok bersenjata itu mengatakan bahwa ledakan di Beirut adalah peristiwa luar biasa dalam sejarah modern Lebanon dan itu harus ditangani dengan serius.

"Semua personel dan institusi Hezbollah berada di bawah pengawasan negara bagian dan pemerintah kota," kata Nasrallah.

Editor: Noverius Laoli