Pemimpin Hong Kong Carrie Lam Sebut Pengunjuk Rasa Musuh Rakyat



KONTAN.CO.ID - DW. "Saya mendesak para penentang yang masih menggunakan taktik yang biasa untuk menjelekkan dan menodai pekerjaan (pemerintah) untuk berhenti, karena dengan melakukan ini mereka telah menjadi musuh rakyat Hong Kong," kata Carrie Lam hari Selasa (16/6) sebelum rapat kabinet tentang penerapan UU Keamanan Nasional yang diputuskan Beijing.

"Sebagian besar (rakyat) ingin memulihkan stabilitas, dan memiliki keselamatan, kepuasan, dan pekerjaan," tambahnya.

Beijing bulan lalu mengumumkan rancangan UU untuk Hong Kong yang disebut akan mengatasi “pemisahan diri, subversi, terorisme, dan campur tangan asing.” Pemerintah China juga akan memperkuat kehadiran badan-badan keamanan China di Hong Kong.


Para pemrotes melihat undang-undang itu sebagai ancaman serius terhadap prinsip "satu negara, dua sistem", yang disetujui Cina ketika bekas koloni Inggris itu dikembalikan tahun 1997. Konstitusi Hong Kong menjamin kebebasan berpendapat dan hak-hak individual bagi warga Hong Kong, yang tidak dinikmati oleh warga di China daratan.

UU Keamanan Nasional tidak membatasi kebebasan

Pemerintah pusat di Beijing dan Carrie Lam menyatakan bahwa UU Keamanan Nasional tidak akan membatasi kebebasan, tetapi akan menargetkan sejumlah kecil "pembuat onar" dan membantu membawa stabilitas setelah setahun gelombang protes anti-pemerintah di Hong Kong.

Pemerintahan Carrie Lam telah melancarkan kampanye demi menggalang dukungan publik untuk undang-undang tersebut, dengan papan iklan, brosur, dan video Carrie Lam yang membela UU tersebut "demi kepentingan umum".

Dalam video yang diposting di situs web pemerintah Hong Kong itu, Carrie Lam mengecam "ancaman teroris" terhadap Hong Kong dan mengatakan, pengunjuk rasa yang menuntut kemerdekaan telah "berkolusi dengan kekuatan asing" dan merusak keamanan.

"Hong Kong telah menjadi lubang menganga dalam keamanan nasional, dan kemakmuran dan stabilitas kota kita berada dalam risiko," kata Carrie Lam dalam video itu. Walaupun selama ini, hanya sebagian kecil pemrotes yang menyerukan kemerdekaan untuk Hong Kong.

Pelonggatan lockdown, tapi larangan berkumpul masih diberlakukan

Carrie Lam juga mengatakan, pemerintahnya sudah melakukan pelonggaran lockdown yang diterapkan demi meredam wabah corona, tetapi tidak mungkin pembatasan akan dihapus sepenuhnya.

Selama penerapan lockdown yang ketat, Hong Kong hampir sepenuhnya ditutup dan perkumpulan orang dibatasi maksimal hanya delapan orang. Saat ini kehidupan di sebagian besar wilayah Hong Kong mulai kembali normal. Kereta, bus dan feri kembali penuh sesak pada jam sibuk, karena sebagian besar pekerja kembali ke kantor dan tempat kerja mereka. Sekolah-sekolah juga mulai dibuka kembali.

Aksi protes di Hong Kong sempat terhenti selama lockdown, namun mulai digelar lagi selama beberapa hari terakhir, sekalipun unjuk rasa secara resmi dilarang. Pemerintah Hong Kong berkilah, larangan unjuk rasa diberlakukan karena ancaman penyebaran virus corona, bukan karena motif politik.

Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti