KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un, telah mengirimkan pesan selamat ulang tahun kepada Presiden Rusia, Vladimir Putin, yang merayakan ulang tahunnya yang ke-72. Dalam pesannya, Kim menyebut Putin sebagai "sahabat terdekatnya" dan menyatakan bahwa hubungan antara kedua negara akan ditingkatkan ke tingkat yang baru.
Penguatan Hubungan Sejak Perang Ukraina
Sejak dimulainya perang Ukraina, hubungan antara Pyongyang dan Moskow semakin mendalam, sebuah perkembangan yang mengkhawatirkan pihak Barat. Kim menyampaikan bahwa hubungan antara Korea Utara dan Rusia kini telah menjadi "tak terkalahkan dan abadi" setelah kunjungan Putin ke Pyongyang pada bulan Juni lalu.
Dalam pernyataannya, Kim menyebutkan, "Pertemuan dan hubungan persahabatan di antara kami... akan memberikan kontribusi positif untuk lebih memperkuat fondasi abadi persahabatan DPRK-Rusia," merujuk pada nama resmi Korea Utara, Republik Rakyat Demokratik Korea.
Baca Juga: Kim Jong Un: Korea Utara Menuju Kekuatan Super Militer dengan Senjata Nuklir Sejarah Hubungan Korea Utara dan Rusia
Hubungan antara Korea Utara dan Rusia sudah berlangsung selama beberapa dekade, dimulai sejak era Stalin dan Kim Il-sung, kakek Kim Jong Un. Uni Soviet memberikan dukungan kepada Korea Utara di masa-masa awal dengan senjata dan teknologi. Meskipun demikian, Pyongyang tidak ingin sepenuhnya bergantung pada China, yang tidak sepenuhnya dipercaya. Awal tahun ini, Putin dan Kim menandatangani perjanjian yang menjanjikan dukungan satu sama lain jika terjadi "agresi" terhadap salah satu negara, meskipun tidak jelas apa yang dimaksud dengan agresi tersebut. Terdapat dugaan bahwa Kim membantu Rusia dalam perang melawan Ukraina dengan menyuplai senjata sebagai imbalan untuk bantuan ekonomi dan teknologi.
Penempatan Rudal dan Kebutuhan Militer
Seiring dengan meningkatnya kerjasama, ada bukti yang berkembang bahwa Rusia telah menempatkan rudal Korea Utara di Ukraina. Bagi Putin, hubungan ini mungkin lebih bersifat taktis ketimbang strategis. Ia membutuhkan dukungan untuk perang di Ukraina, dan Korea Utara tentu bersedia menjualnya amunisi yang dibutuhkan. Jeffrey Lewis, seorang direktur di James Martin Center for Nonproliferation Studies, menyatakan bahwa baik Kim maupun Putin berusaha mengurangi dampak sanksi internasional dengan menciptakan jaringan teman dan mitra alternatif yang tidak terjangkau oleh sanksi AS.
Manfaat Teknologi Militer Rusia untuk Korea Utara
Korea Utara berpotensi mendapatkan manfaat besar dari akses ke teknologi militer Rusia, yang meskipun menghadapi masalah, tetap jauh lebih maju dibandingkan sistem yang dikembangkan sendiri oleh Korea Utara. Korea Utara sedang berusaha menyempurnakan arsenal nuklir dan misilnya. Dalam dekade terakhir, mereka telah mencapai kemajuan yang mengejutkan dalam memproduksi sistem misil baru dan memperkecil ukuran perangkat nuklir mereka.
Baca Juga: Ucapan HUT Pertama untuk Vladimir Putin ke-72: Tuhan Selamatkan Tsar! Namun, Rusia memiliki desain hulu ledak termonuklir, desain kendaraan kembali, dan desain motor roket padat yang jauh lebih maju. Selama kunjungan Kim ke Rusia pada September 2023, Putin menjanjikan bantuan kepada Korea Utara dalam mengembangkan satelit setelah beberapa kali peluncuran oleh Pyongyang gagal. Pada hari yang sama, seorang legislator Korea Selatan juga mengklaim bahwa militer Seoul telah mendeteksi tanda-tanda bahwa Korea Utara mulai membangun kapal selam bertenaga nuklir. Mengutip agensi intelijen Korea, Anggota DPR Kang Dae-sik menyatakan bahwa konstruksi masih dalam tahap awal dan "konfirmasi lebih lanjut diperlukan untuk menentukan apakah kapal selam tersebut bertenaga nuklir."
Editor: Handoyo .