Pemimpin tertinggi Iran kembali umbar ancaman terhadap Trump



KONTAN.CO.ID -  DUBAI . Akun Twitter Pemimpin Tertinggi Iran pada hari Jumat memuat gambar pegolf yang menyerupai mantan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang tampaknya menjadi sasaran pesawat tak berawak.

Ia bersumpah akan membalas dendam atas pembunuhan seorang jenderal top Iran dalam serangan pesawat tak berawak AS.

Postingan tersebut memuat teks ucapan Ayatollah Ali Khamenei pada bulan Desember, di mana dia mengatakan "Balas dendam pasti", memperbarui sumpah balas dendam menjelang peringatan pertama pembunuhan komandan militer Jenderal Qassem Soleimani dalam serangan di Irak.


“Mereka yang memerintahkan pembunuhan Jenderal Soleimani serta mereka yang melakukan ini harus dihukum. Balas dendam ini pasti akan terjadi pada waktu yang tepat,” ujr Khamenei dalam tweet pada 16 Desember, tanpa menyebut Trump, yang telah memerintahkan pemogokan seperti dilansir Reuters, Jumat (22/1).

Baca Juga: Pemimpin Tertinggi Iran Khamenei serahkan kekuasaan kepada putranya, benarkah?

Awal bulan ini, Twitter menghapus tweet Khamenei di mana dia mengatakan vaksin buatan AS dan Inggris tidak dapat diandalkan dan mungkin dimaksudkan untuk "mencemari negara lain". Platform itu mengatakan tweet itu melanggar aturannya terhadap informasi yang salah.

Tidak ada tindakan langsung yang jelas oleh Twitter atas tweet berbahasa Persia pada hari Jumat oleh Khamenei, otoritas tertinggi Iran.

Ketegangan tumbuh dengan cepat antara Teheran dan Washington sejak 2018, ketika Trump keluar dari kesepakatan 2015 antara Iran dan enam kekuatan dunia yang berusaha mengekang program nuklir Teheran. Washington menerapkan kembali sanksi yang telah melumpuhkan ekonomi Iran.

Iran menyerukan tindakan dan "bukan hanya kata-kata" tak lama setelah Joe Biden dilantik sebagai presiden AS pada Rabu. Biden mengatakan Washington akan bergabung kembali dengan kesepakatan nuklir jika Iran melanjutkan kepatuhan yang ketat.

Selanjutnya: Penasihat militer Iran: Israel dan sekutu mencoba memicu perang besar-besaran!

Editor: Noverius Laoli