Peminat lelang SUN bakal membeludak



JAKARTA. Pemerintah akan kembali melelang Surat Berharga Negara (SBN), Selasa (28/9). Ada empat seri yang dilelang, yakni SPN20110929 (Surat Perbendaharaan Negara), Surat Utang Negara (SUN) seri FR0055, FR0053, dan FR0054. Dalam lelang ini, pemerintah menargetkan menyerap dana Rp 3 triliun. Seperti yang telah terjadi pada lelang SUN sebelumnya, para pelaku pasar memprediksi, permintaan investor terhadap surat utang negara pada lelang kali ini masih akan tetap tinggi. Namun, I Made Adi Saputra, Analis Obligasi NC Securities, menduga, investor akan menuntut yield (imbal hasil) yang lebih besar. Namun, posisi tawar pemerintah pun lebih kuat. Sebab, harga obligasi pemerintah pada pekan lalu sempat menyentuh harga tertinggi. Akibatnya, yield obligasi menjadi semakin rendah. Pada Jumat (24/09), indeks harga SUN menyentuh level tertingginya tahun ini, yakni 106,15. Namun, harga obligasi jangka pendek cenderung flat. Contohnya, FR0022 masih di level 105,34 dengan yield 6,20%.

Kelebihan permintaan

Made menduga, investor akan lebih memburu surat utang jangka panjang. Pasalnya, potensi keuntungan yang bisa diperoleh investor pada surat utang berurasi panjang masih lebih menarik ketimbang yang bertenor pendek. Sebagai contoh, harga SUN FR0054 pada transaksi di pasar sekunder, Jumat (24/9), menanjak ke level 107,25 dengan yield 8,735%. Sementara SUN FR0022 yang bertenor pendek berada di 105,34 dengan yield 6,20%. "Investor akan cenderung membidik SUN jangka panjang," jelas Made. Namun, berbeda dengan Made, Ekonom Samuel Sekuritas Indonesia Lana Soelistianingsih memperkirakan, investor akan lebih banyak memburu SUN jangka pendek. Sebab, yield SUN bertenor satu tahun masih 6,20%. "Imbal hasilnya masih bisa bersaing dengan Sertifikat Bank Indonesia (SBI) yang berada di 6,5%," katanya. Kedua analis memperkirakan, pada lelang SUN Selasa besok bakal terjadi kelebihan permintaan. Lana meramal lelang SUN tersebut bakal oversubcribe 3-4 kali. Adapun Made menduga permintaan dari investor bisa mencapai Rp 12 triliun dari target Rp 3 triliun. "Investor domestik seperti perbankan dan asuransi bakal dominan. Investor asing juga masih akan masuk," imbuh Made.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: