Peminat program transmigrasi capai 250 ribu KK per tahun



JAKARTA. Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Menakertrans) Muhaimin Iskandar mengungkapkan, minat transmigrasi di Indonesia tercatat sangat tinggi. Bahkan, tingginya minat masyarakat itu tak sebanding dengan kemampuan pemerintah dalam memenuhi permintaan transmigran yang mendaftar."Sampai hari ini, ada 250 ribu Kepala Keluarga (KK) per tahun yang berminat transmigrasi. Permintaan banyak datang terutama dari kalangan kelas ekonomi yang sangat rendah," kata Muhaimin usai penandatanganan Nota Kesepahaman (MoU) tentang pengembangan dan peningkatan usaha pertanian pada kawasan transmigrasi, Selasa (1/8).Namun, katanya, belum bisa terpenuhi semua permintaan tersebut lantaran dibutuhkannya ketersediaan lahan yang cukup besar untuk menampung. "Sehingga kita tidak bisa menangani sepenuhnya, disamping anggaran kita yang sangat terbatas. Satu tahun kita hanya bisa memberangkatkan 10 ribu KK," ujarnya. Sayang, Muhaimin tak merinci berapa besar anggaran yang dialokasikan untuk para transmigran ini.Disisi lain, dia akan mendorong anggaran yang terbatas itu untuk terus menerus dijadikan dana revitalisasi. Sehingga, tidak hanya membangun transmigrasi kecil, tapi berkembang dengan baik.

Oleh karena itu, program transmigrasi akan diorientasikan pada kawasan-kawasan terbatas. Dengan adanya kerjasama dengan Kementerian Pertanian, ujarnya, maka kawasan bisa lebih banyak yang bisa diperluas.Saat ini, Kemenakertrans memiliki potensi lahan di kawasan transmigrasi yang belum termanfaatkan seluas lebih kurang 2,4 juta hektare (ha) dengan status Hak Pengelolaan Lahan (HPL). "Kita punya stok yang sudah ada di Kalimantan Timur, Kalimantan Barat, Maluku, ini lahan-lahan yang sudah diberikan oleh Kementerian Kehutanan untuk lahan transmigrasi. Tetapi kita juga kekurangan untuk di daerah terutama dalam hal lahan-lahan yang produktif dan juga clean, artinya sertifikat kepemilikannya ada," tegasnya.Sementara terkait MoU dengan Kementan ini, ia mengatakan, akan berlaku efektif selama 5 tahun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Barratut Taqiyyah Rafie