JAKARTA. Pemprov Jawa Timur tengah menyusun kebijakan standarisasi produk impor. Selain untuk membentengi pasar yang ada, standarisasi juga untuk melindungi konsumen masyarakat Jawa Timur. Gubernur Jawa Timur Soekarwo, mengatakan, Jawa Timur, merupakan daerah potensial pasar impor dari berbagai negara. "Namun kualitasnya belum tentu bagus dan baik bagi masyarakat Jawa Timur, karena itu perlu dibuat standarisasi," katanya usai membuka rapat pimpinan Kadin Jawa Timur di Surabaya, Kamis (6/2/2014). Kebijakan itu sekaligus merangsang produk-produk lokal agar mampu bersaing dengan produk impor di pasaran. "Saya yakin produk lokal tidak kalah kualitasnya dengan produk impor, karena itu pengusaha lokal harus berani bersaing dengan pengusaha luar negeri dalam hal kualitas produk," tambahnya. Sebelumnya, kata Soekarwo, pihaknya juga memberlakukan pengetatan bahkan larangan produk impor tertentu, seperti beras buah. Hal ini karena kebijakan larangan beras impor itu, Jawa Timur aman dari serbuan beras Vietnam yang akhir-akhir ini banyak diekspor ke negara-negara lain. "Produksi beras Jatim selalu surplus, jadi tidak perlu impor dari negara lain," tegas Soekarwo. Data Badan Pusat Statistik Jatim, selama 2013, nilai impor Jatim mencapai Rp 181,9 triliun. Komposisinya, Rp 151,4 triliun impor bahan baku atau bahan penolong, Rp 16,5 triliun impor barang modal dan sisanya Rp 13,9 triliun impor barang konsumsi. Dibandingkan dengan tahun 2012, secara keseluruhan terjadi pertumbuhan 0,49 persen pada nilai impor Jatim. Pada tahun itu, nilai impor Jawa Timur mencapai Rp 181,02 triliun. Komposisinya, Rp 156,1 triliun merupakan impor bahan baku atau bahan penolong, Rp 12,53 impor barang modal dan Rp 12,37 triliun impor barang konsumsi. (Achmad Faizal)Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Pemprov Jatim rancang standarisasi produk impor
JAKARTA. Pemprov Jawa Timur tengah menyusun kebijakan standarisasi produk impor. Selain untuk membentengi pasar yang ada, standarisasi juga untuk melindungi konsumen masyarakat Jawa Timur. Gubernur Jawa Timur Soekarwo, mengatakan, Jawa Timur, merupakan daerah potensial pasar impor dari berbagai negara. "Namun kualitasnya belum tentu bagus dan baik bagi masyarakat Jawa Timur, karena itu perlu dibuat standarisasi," katanya usai membuka rapat pimpinan Kadin Jawa Timur di Surabaya, Kamis (6/2/2014). Kebijakan itu sekaligus merangsang produk-produk lokal agar mampu bersaing dengan produk impor di pasaran. "Saya yakin produk lokal tidak kalah kualitasnya dengan produk impor, karena itu pengusaha lokal harus berani bersaing dengan pengusaha luar negeri dalam hal kualitas produk," tambahnya. Sebelumnya, kata Soekarwo, pihaknya juga memberlakukan pengetatan bahkan larangan produk impor tertentu, seperti beras buah. Hal ini karena kebijakan larangan beras impor itu, Jawa Timur aman dari serbuan beras Vietnam yang akhir-akhir ini banyak diekspor ke negara-negara lain. "Produksi beras Jatim selalu surplus, jadi tidak perlu impor dari negara lain," tegas Soekarwo. Data Badan Pusat Statistik Jatim, selama 2013, nilai impor Jatim mencapai Rp 181,9 triliun. Komposisinya, Rp 151,4 triliun impor bahan baku atau bahan penolong, Rp 16,5 triliun impor barang modal dan sisanya Rp 13,9 triliun impor barang konsumsi. Dibandingkan dengan tahun 2012, secara keseluruhan terjadi pertumbuhan 0,49 persen pada nilai impor Jatim. Pada tahun itu, nilai impor Jawa Timur mencapai Rp 181,02 triliun. Komposisinya, Rp 156,1 triliun merupakan impor bahan baku atau bahan penolong, Rp 12,53 impor barang modal dan Rp 12,37 triliun impor barang konsumsi. (Achmad Faizal)Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News