KONTAN.CO.ID - Aktivitas pemuatan minyak di Venezuela melambat tajam pada Senin (22/12/2025), seiring meningkatnya intersepsi Amerika Serikat terhadap kapal-kapal pengangkut minyak Venezuela. Sejumlah kapal tanker bahkan memilih berbalik arah atau menunda pelayaran, sementara perusahaan minyak negara PDVSA masih berupaya pulih dari serangan siber. Data pelacakan kapal dan sumber industri menunjukkan, sebagian besar pergerakan minyak saat ini hanya terjadi antar pelabuhan domestik.
Baca Juga: Nike Kehilangan Taji di Pasar China, Apa Penyebab Utamanya? Kondisi ini terjadi setelah Penjaga Pantai AS menyita satu supertanker yang membawa minyak Venezuela dan mencoba mencegat dua kapal lain terkait Venezuela selama akhir pekan lalu. Dari dua kapal tersebut, satu merupakan kapal kosong yang berada di bawah sanksi AS, sementara satu lainnya adalah kapal bermuatan penuh tanpa sanksi yang tengah berlayar menuju China. Hingga kini, Washington belum memberikan pembaruan resmi mengenai status kapal-kapal tersebut. Tekanan terhadap pelayaran minyak Venezuela meningkat setelah Presiden AS Donald Trump mengumumkan blokade terhadap seluruh kapal tanker bersanksi yang masuk dan keluar dari Venezuela. Kebijakan ini membuat pemilik kapal semakin waspada. Trump pada Senin mengatakan AS masih mempertimbangkan apakah minyak yang telah disita akan dijual atau disimpan, termasuk kemungkinan digunakan untuk mengisi cadangan strategis AS. Ia juga menegaskan bahwa kapal-kapal yang disita akan tetap ditahan. Menteri Luar Negeri Panama Javier Martinez-Acha mengungkapkan bahwa supertanker Centuries, yang membawa bendera Panama saat dicegat pada Sabtu lalu, melanggar aturan maritim dengan mengubah nama kapal dan mematikan transponder saat mengangkut minyak keluar dari Venezuela.
Baca Juga: Trump Tegaskan AS Butuh Greenland untuk Keamanan Nasional, Tunjuk Utusan Khusus Panama berpeluang mencabut registrasi kapal tersebut setelah penyelidikan. Tekanan AS terhadap Presiden Venezuela Nicolas Maduro juga mencakup peningkatan kehadiran militer di kawasan serta puluhan serangan terhadap kapal yang dituding membawa narkotika di wilayah Karibia dan Samudra Pasifik. Sedikitnya 100 orang dilaporkan tewas akibat operasi tersebut. Ketika ditanya mengenai tujuan akhirnya terhadap Maduro, Trump mengatakan, “Jika dia bermain keras, itu akan menjadi terakhir kalinya.” Harga Minyak Naik Intersepsi kapal-kapal Venezuela menjadi pukulan terberat bagi PDVSA sejak sanksi AS tahun 2020 yang menargetkan unit perdagangan minyak perusahaan tersebut dan anak usaha Rosneft Rusia. Dampaknya, produksi dan ekspor Venezuela kembali tertekan.
Baca Juga: Harga Emas Cetak Rekor Tertinggi Selasa (23/12), Memanasnya Ketegangan AS–Venezuela Harga minyak global pun naik. Kontrak berjangka Brent melonjak 2,4% ke US$61,94 per barel, sementara WTI AS naik 2,4% ke US$57,89 per barel, dipicu kekhawatiran gangguan pasokan di tengah eskalasi geopolitik. Hingga Senin, PDVSA hanya mengirim satu kargo minyak berat sebesar 1,9 juta barel ke kapal bersanksi Azure Voyager di pelabuhan Jose. Tidak ada supertanker lain tujuan Asia yang dijadwalkan memuat minyak dalam waktu dekat. Jumlah kapal bermuatan yang belum berangkat terus bertambah, menyebabkan jutaan barel minyak Venezuela tertahan di laut. Para pembeli pun menuntut diskon lebih besar serta perubahan kontrak untuk menutupi risiko pelayaran. Beberapa kapal yang mendekati perairan Venezuela baik untuk memuat minyak ekspor maupun mengirim nafta impor memilih berbalik arah atau menghentikan pelayaran sambil menunggu instruksi pemilik kapal.
Baca Juga: Trump: Lebih Baik Nicolas Maduro Tinggalkan Kekuasaan Venezuela PDVSA juga masih menghadapi dampak serangan siber pekan lalu. Sejumlah sistem internal belum pulih sepenuhnya, memaksa perusahaan kembali menggunakan pencatatan manual. Akibatnya, sebagian pekerja dilaporkan belum menerima gaji tepat waktu. Pemerintah Venezuela mengecam penyitaan kapal oleh AS sebagai pelanggaran hukum internasional dan menyebutnya sebagai “aksi pembajakan”. China juga menyatakan intersepsi tersebut merupakan pelanggaran serius terhadap hukum internasional.
Di tengah tekanan tersebut, mitra utama PDVSA, Chevron, tetap mengekspor minyak Venezuela. Pada Minggu (21/12), Chevron mengirim kargo 500.000 barel ke Pantai Teluk AS. Sepanjang bulan ini, Chevron telah mengekspor tujuh kargo minyak Venezuela, masing-masing berkisar 300.000–500.000 barel.