Pemulihan daya beli memacu penjualan ritel



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Daya beli konsumen dalam tren meningkat. Hal itu tergambar pada pertumbuhan penjualan eceran pada April 2018 yang lebih tinggi dari bulan sebelumnya. Penjualan eceran diperkirakan terus meningkat hingga Mei 2018. Penjualan ritel pada periode puasa dan menjelang Lebaran 2018 jauh lebih tinggi dibandingkan tahun 2017.

Survei penjualan eceran Bank Indonesia (BI) menunjukkan, Indeks Penjualan Riil (IPR) April 2018 tumbuh 4,1% year on year (YoY). IPR itu tumbuh hampir dua kali lipat dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang hanya tumbuh 2,5% YoY. Pada Mei 2018, IPR diperkirakan tumbuh lebih tinggi mencapai 4,1% YoY, lebih bagus dibanding periode sama 2017.

Peningkatan penjualan ritel pada April, utamanya terjadi pada kelompok komoditas bahan bakar kendaraan bermotor yang tumbuh 11,5% YoY, jauh lebih tinggi dari bulan sebelumnya yang hanya sebesar 5,9% YoY. Tak hanya itu, peningkatan penjualan eceran juga terjadi pada komoditas makanan, minuman, dan tembakau yang tumbuh 7,7% YoY. Angka itu lebih tinggi dari bulan sebelumnya yang hanya 6,8% YoY.


Sedangkan kenaikan penjualan ritel pada Mei 2018, utamanya bersumber dari penjualan kelompok komoditas perlengkapan rumah tangga yang tumbuh 3,5% YoY, lebih tinggi dibanding bulan sebelumnya yang hanya 2,4% YoY. Peningkatan ini juga sejalan dengan peningkatan indeks pembelian barang tahan lama pada survei konsumen BI pada Mei 2018.

Namun, tren peningkatan itu diperkirakan akan berakhir pada Juli 2018. Hal itu sejalan dengan kembali normalnya penjualan setelah berakhirnya Ramadan dan Lebaran. Penjualan eceran, diperkirakan baru akan meningkat lagi pada Oktober 2018.

Terdorong komoditas

Peneliti Institute Development of Economic and Finance (Indef) Bhima Yudhistira Adhinegara mengatakan, penjualan eceran yang meningkat mengindikasikan kenaikan kepercayaan konsumen pada April dan Mei 2018. Hal itu sejalan dengan kenaikan konsumsi pada kelompok makanan, minuman, dan tembakau yang tumbuh 7,7% YoY.

Peningkatan IPR juga karena perbaikan harga komoditas. Sebab, secara regional, kenaikan IPR tertinggi terjadi di Medan, Banjarmasin, dan Makassar. "Diduga kuat karena perbaikan harga komoditas khususnya perkebunan dan batubara. Kenaikan pendapatan pekerja di sektor itu membuat penjualan eceran naik," kata Bhima kepada Kontan.co.id, Kamis (7/6).

Lead Country Economist untuk Indonesia Frederico Gil Sander menyatakan, daya beli masyarakat Indonesia sejauh ini sudah bagus. Adanya anggapan pelemahan daya beli adalah salah. Konsumsi rumah tangga tidak melemah karena masih tumbuh sekitar 5% secara tahunan dalam 11 kuartal terakhir. Menurutnya angka itu masih sejalan dengan pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) RI.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi