Pemulihan ekonomi berjalan, begini prospek saham emiten perbankan



KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Prospek emiten perbankan masih menjanjikan. Hal ini tercermin dari naiknya laba bersih dan tingkat penyaluran kredit sejumlah perbankan per kuartal III-2021.

Sebut saja, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA). Emiten bank swasta nasional terbesar di Indonesia ini berhasil mengantongi laba sebesar Rp 23,2 triliun sampai dengan September 2021. Laba bersih ini naik 15,8% dari realisasi tahun sebelumnya.

Bersamaan, total kredit BBCA tumbuh 4,1% secara year-on-year (yoy) menjadi Rp 605,9 triliun pada September 2021.


Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia Sukarno Alatas menilai, kenaikan laba bersih sejumlah perbankan merupakan bagian dari pemulihan dan keberhasilan pemerintah menekan tingkat kasus harian Covid-19. Melandainya kasus harian bermuara pada relaksasi pemberlakukan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM). 

Ditambah, kondisi kebijakan moneter yang tetap terjaga dengan tingkat suku bunga rendah, sehingga aktivitas kredit menjadi meningkat. “Kondisi ini diperkirakan akan berlanjut sampai akhir tahun, dan menjadi sentimen bagi perbankan sehingga kinerjanya tetap dalam tren pertumbuhan,” terang Sukarno kepada Kontan.co.id, Minggu (24/10).

Baca Juga: Harga saham BBCA & BBRI kompak naik pada perdagangan bursa Jumat (22/10)

Di sisi lain, sentimen penghambat kinerja pebankan bisa datang dari gelombang ketiga Covid-19 yang sewaktu-waktu bisa muncul. Potensi munculnya gelombang ketiga Covid-19 menimbulkan kekhawatiran dan membuat konsumsi ataupun aktivitas masyrakat menjadi berkurang ataupun tertunda.

Sebelumnya, CEO Sucor Sekuritas Bernadus Wijaya menilai, industri perbankan menjadi sektor salah satu yang terdampak positif kenaikan harga komoditas.

Banyak masyarakat Indonesia, terutama di luar pulau Jawa, yang bekerja di sektor pertambangan dan perkebunan.  Sehingga, naiknya harga komoditas tentu membawa dampak positif terhadap tingkat konsumsi dan daya beli masyarakat.

Dengan naiknya daya beli, masyarakat bisa melalukan konsumsi primer, atau bahkan bisa melakukan aktivitas ekonomi lainnya seperti kredit pembelian rumah hingga kredit usaha . Terbukti dari naiknya angka kredit perbankan di periode Agustus 2021. Dus, sektor perbankan yang merupakan leading sector menjadi yang kecipratan berkah booming komoditas.

Saham BBCA melemah sepekan

Meski laporan keuangannya menggembirakan, nyatanya saham BBCA terpantau melemah 2,90% dalam sepekan. Terkait pelemahan harga saham BBCA, Sukarno menilai hal ini lebih dikarenakan aksi ambil untung (profit taking) dan  merupakan koreksi yang wajar. Terlebih, secara teknikal saham BBCA punya gap yang harus ditutup.

“Sehingga bisa saja pelaku pasar berasumsi bisa turun dulu, sehingga mayoritas menjadi tekanan jual terlebih dahulu,” kata Sukarno. Untuk saham-saham perbankan big4 bluechips, Sukarno menyarankan  pelaku pasar bisa tetap melakukan buy atau hold.

Dalam risetnya yang dirilis Jumat (22/10), Analis BRI Danareksa Sekuritas  Eka Savitri mempertahankan rekomendasi hold saham BBCA dengan target harga Rp7.800. Saham BBCA dinilai punya potensi upside yang terbatas.

Eka mengestimasikan pertumbuhan kredit BBCA di tahun depan akan tumbuh 6,6%. Angka pertumbuhan kredit ini akan didukung oleh segmen korporasi dan konsumser. Kedua segmen ini dinilai memberikan risiko yang lebih mudah dikelola di tengah ketidakpastian saat ini.

Perusahaan logistik, perkebunan minyak sawit, dan sektor telekomunikasi adalah sejumlah segmen yang prospektif untuk BBCA. BRIDanareksa Sekuritas mengasumsikan pertumbuhan kredit  segmen korporasi BBCA akan mencapai  7,6% yoy pada 2022, di atas angka perkiraan pertumbuhan keseluruhan kredit yang hanya 6,6%. 

Selanjutnya: Penyaluran kredit naik, sejumlah laba emiten perbankan positif di kuartal ketiga 2021

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Khomarul Hidayat