KONTAN.CO.ID - BEIJING. Pemulihan ekonomi China menghadapi tantangan kemerosotan perdagangan global. Padahal, pasar perumahan dan kepercayaan bisnis membaik. Mengutip Bloomberg pada Selasa (28/3), indeks agregat terbaru Bloomberg dari delapan indikator awal menunjukkan momentum pertumbuhan stabil dari bulan Februari, dengan ukuran keseluruhan tetap di 4. Penurunan penjualan mobil dan permintaan global yang lemah menjadi hambatan utama pada indeks. Sementara pertumbuhan ekonomi pada kuartal II diperkirakan meningkat jadi 7,3% menjadi laju tercepat dalam dua tahun terakhir.
Baca Juga: Putus Hubungan dengan Taiwan, Honduras Langsung Merapat ke China Pembukaan kembali China setelah tiga tahun karena pengendalian pandemi yang ketat telah meningkatkan kepercayaan konsumen. Kini, masyarakat memenuhi restoran dan kereta bawah tanah, dan bisnis kembali normal. Kemerosotan pasar perumahan, yang telah menjadi hambatan besar bagi perekonomian, juga menunjukkan tanda-tanda penurunan karena penjualan dan harga rumah melambung tinggi baru-baru ini. Namun, lingkungan global tetap tidak pasti dengan bank sentral terus menaikkan suku bunga untuk mengekang inflasi dan krisis perbankan memicu kekhawatiran investor. Melemahnya ekonomi global berarti penurunan lebih lanjut dalam permintaan ekspor China yang telah anjlok dalam beberapa bulan terakhir. Ekonom bertaruh pemulihan belanja konsumen akan mendukung pertumbuhan China tahun ini. Survei terbaru oleh Bloomberg memperkirakan pertumbuhan ekonomi di level 5,3% tahun ini. Naik dari perkiraan sebelumnya sebesar 5,2%. Pertumbuhan pada kuartal kedua diperkirakan akan meningkat menjadi 7,3%, yang akan menjadi laju tercepat dalam dua tahun. Sebagian besar disebabkan oleh basis perbandingan yang lebih rendah dari tahun lalu. Pada bulan Maret, kepercayaan di antara bisnis kecil naik ke level tertinggi sejak Juli 2021, menurut survei dari Standard Chartered Plc. “Di sektor jasa, sentimen di antara bisnis real estate, keuangan dan TI meningkat tajam. Untuk bisnis katering dan akomodasi, kepercayaan turun setelah ledakan belanja pasca-pembukaan mereda,” ujar Survei tersebut.
Baca Juga: Korea Selatan Bakal Menyalip China Untuk Investasi Peralatan Produsen Chip di 2024 Beberapa indikator menunjukkan kelemahan ekonomi. Data perdagangan awal dari Korea Selatan menunjukkan penurunan ekspor yang semakin dalam. Sebab pengiriman anjlok rata-rata 23,1% dalam 20 hari pertama bulan Maret dari tahun sebelumnya. Penjualan kendaraan China terus berkontraksi di bulan Maret dari tahun sebelumnya, menurut data mingguan dari Asosiasi Mobil Penumpang China. Persediaan baja juga terus meningkat di bulan Maret, pertanda permintaan yang tidak menyenangkan. Itu bahkan ketika volume output meningkat untuk memenuhi permintaan konstruksi sebelum kemungkinan pemotongan mandat pemerintah dalam produksi paduan nasional karena alasan lingkungan.
Editor: Herlina Kartika Dewi