Pemulihan ekonomi Indonesia di new normal peringkat 10 tercepat dunia



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pandemi COVID-19 telah mengubah seluruh tatanan kehidupan masyarakat dunia secara besar-besaran. Indonesia pun bukan perkecualian. Namun, setelah pandemi ini berakhir keadaan tidak akan kembali seperti sebelumnya. Kita semua harus berdamai dengan kehidupan normal yang baru (new normal). Kabar baiknya bagi Indonesia ialah pemulihan ekonomi di Indonesia akan sangat cepat sekali.

Demikian disampaikan pakar komunikasi Wimar Witoelar saat menjadi pembicara utama pada halal bi halal media Intermatrix Communications bertema "Awal Baru Memasuki Normal Baru," secara online via Zoom pada Rabu (3/6/2020). Turut hadir sebagai pembicara lainnya, Direktur Rumah Sakit Jantung Binawaluya dr. Jimmy Agung Pambudi, MARS.

Menurut Wimar, dampak ekonomi selama masa social distancing bagi Indonesia dan dunia tidaklah ringan. Itu sebabnya pemulihan ekonomi pada masa new normal adalah salah satu topik penting di dunia dan Indonesia. "Indonesia sudah diprediksi oleh media internasional sebagai negara yang paling cepat pulihnya yaitu pada peringkat sepuluh dunia,” ujarnya.


Indonesia bersama negara-negara dunia bersiap memulai berbagai aktivitas publik di bidang ekonomi, pendidikan, kegiatan-kegiatan ibadah, dan bidang-bidang lainnya. Dimulainya aktivitas-aktivitas publik tidak akan kembali ke keaadan normal sebelum pandemi Covid-19, namun akan menjadi new normal dengan menerapkan berbagai protokol Covid-19.  “New normal merupakan kenyataan yang harus dipahami secara serius, karena mau tidak mau itulah dunia baru kita bersama. Dunia di mana semua tatanan masyarakat dunia akan disesuaikan dengan berbagai protokol penanganan Covid-19,“ jelasnya Wimar.

Pada kesempatan yang sama, Jimmy mengatakan, dari Gugus Tugas per 2 Juni 2020 menunjukkan bahwa jumlah yang positif  ada 27.549 kasus tersebar di 34 provinsi. “Seluruh provinsi tidak ada yang bebas. Ini sebaran yang luar biasa. Kasus baru juga masih ada 609 kasus di 23 provinsi,” ungkapnya.

Di sisi lain, kesiapan fasilitas kesehatan juga masih sangat terbatas dengan rasio ketersediaan tempat tidur rumah sakit kurang lebih 1,2 per seribu penduduk dan jumlah ventilator juga sangat terbatas yaitu 8.400 ventilator. Jika terjadi gelombang kedua yang besar, maka akan sangat sulit mendapatkan pelayanan kesehatan yang cukup.

Jimmy bilang, mempersiapkan menghadapi new normal juga tidak mudah. “New normal adalah keniscayaan karena ekonomi harus dikembalikan. Sebab itu, Kementerian Kesehatan sudah memberikan banyak protokol serta panduan untuk new normal yang harus kita ikuti.

Yang terang, pembatasan jarak dan budaya mencuci tangan adalah yang paling penting."Sebelum new normal digaungkan saya sudah khawatir, karena sebelumnya pun orang sudah mengabaikan pembatasan sosial berskala besar (PSBB). Kita tidak boleh percaya siapapun bebas Covid-19 karena ada kasus-kasus orang terinfeksi tapi tidak menunjukkan gejala spesifik. Banyak yang terlihat sehat tapi bisa menularkan karena terinfeksi. Itu kita harus hati-hati,” pesan Jimmy.

Atas dasar itu, setiap orang harus mengikuti protokol yang sudah ditetapkan dan menjaga keluarga kita. "Kita harus belajar dari sejarah. Pada saatnya jika terjadi gelombang kedua, maka tidak semua pasien akan dapat pelayanan rumahsakit yang memadai. Tapi jika kita menjaga diri dengan mengikuti protokol, mungkin gelombang kedua tidak perlu terjadi,” tukas dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dadan M. Ramdan