Pemulihan ekonomi jadi kunci, bisnis kawasan industri diproyeksi tumbuh 12%



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Investasi di kawasan industri diproyeksi akan terus tumbuh pada tahun ini. Ditandai dengan naiknya penjualan lahan, bisnis di kawasan industri ditaksir bisa meningkat 12%. Dengan catatan, tren pemulihan ekonomi terus terjaga dan pandemi covid-19 bisa terkendali.

Jumlah kawasan industri di Indonesia terus bertambah. Hal itu terlihat dari data Izin Usaha Kawasan Industri (IUKI) dan Izin Usaha Perluasan Kawasan Industri (IPKI) yang tercatat oleh Direktorat Jenderal Ketahanan, Perwilayahan dan Akses Industri Internasional Kementerian Perindustrian.

Direktur Perwilayahan Industri Ignatius Warsito mengungkapkan, sudah ada satu tambahan kawasan industri yang beroperasi pada tahun ini, yakni Kawasan Industri Tanjung Enim. Sehingga saat ini tercatat sudah ada 131 kawasan industri.


Baca Juga: Fase 1 KIT Batang ditargetkan rampung 2021, pengembangan fase 2 berlanjut di 2022

Menurut Ignatius, masih ada sejumlah kawasan industri yang sedang dalam proses pembangunan dan perizinan. Misalnya kawasan industri yang berlokasi di Kabupaten Subang dan di Kabupaten Batang.

Dilihat dari penjualan lahan industri, Ignatius memaparkan, pada tahun 2018 penjualan lahan industri mencapai 180 hektare (ha). Sedangkan pada tahun 2019 meningkat menjadi 365 hektare.

Pada tahun lalu, penjualan lahan industri turun menjadi 319 ha. "Diproyeksikan investasi perkembangan kawasan industri akan tumbuh linear 12%. Realisasi penjualan lahan industri hingga kuartal kedua 2021, sebesar 77,6 hektare," ungkap Ignatius saat dihubungi Kontan.co.id, Minggu (12/9).

Dihubungi terpisah, Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) nasional bidang Properti dan Kawasan Ekonomi Sanny Iskandar mengungkapkan, kawasan industri di Indonesia masih bertumpu pada wilayah Jabodetabek dan Karawang untuk jenis industri manufaktur serta barang konsumsi atau consumer goods.

Baca Juga: Telantarkan 65 hektare, kontrak Gili Trawangan Indah diputus Menteri Bahlil

Sedangkan untuk kawasan industri di wilayah lainnya, terutama di luar Jawa, didominasi oleh industri hilirisasi Sumber Daya Alam (SDA) baik itu perkebunan maupun pertambangan mineral seperti nikel. Menurut Sanny, untuk kawasan industri yang berbasis SDA, investasi atau penjualan lahan lebih sulit diprediksi.

Adapun, untuk kawasan industri di daerah Jabodetabek dan Karawang, pada tahun lalu penjualan lahan di sana tercatat sekitar 200 ha. Pada tahun ini, dengan catatan tren pemulihan ekonomi terjaga dan pandemi bisa terkendali, penjualan lahan industri di wilayah tersebut diharapkan bisa meningkat menjadi sekitar 250 ha.

Sanny bilang, kebutuhan lahan di kawasan industri Jabodetabek dan Karawang masih cukup tinggi seiring dengan meningkatnya segmen ekonomi digital. Sejalan dengan era e-commerce dan digitalisasi, kebutuhan lahan untuk data center dan industri teknologi tinggi (high tech) menjadi subur. Termasuk kebutuhan lahan untuk pergudangan.

"Di kuartal pertama sebenarnya sudah bagus, namun kan ada varian delta. Dengan adanya pengendalian kasus covid di kuartal ketiga ini, harapannya target akan terkejar di kuartal keempat. Bisa lebih baik, khususnya untuk industri yang lagi hits seperti data center, e-commerce dan pergudangan," pungkas Sanny.

Baca Juga: Masih dibayangi pandemi, begini prospek dan strategi Kawasan Industri Jababeka (KIJA)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati