Pemulihan Ekonomi Memperbaiki Posisi CDS Indonesia



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Credit Default Swap (CDS) Indonesia stabil cenderung membaik. Perbaikan CDS terutama tampak pada tenor 10 tahun yang turun ke 167,40 pada Kamis (11/8) dari pekan sebelumnya 186,97. Sedangkan CDS Indonesia tenor 5 tahun kemarin menyentuh level 104,76, naik dari sepekan sebelumnya di 101,42. 

Senior Vice President, Head of Retail, Product Research & Distribution Division, PT Henan Putihrai Asset Management (HP Asset Management) Reza Fahmi Riawan mengatakan, pergerakan CDS 5 tahun Indonesia cenderung menurun pada tahun ini. Sikap The Fed yang tidak seagresif pada paruh pertama tahun 2022 serta stabilitas nilai tukar rupiah menjadi sentimen penopang.

"Masih ada kemungkinan bisa tertekan lagi jikalau angka inflasi tidak terkendali, rupiah semakin melemah dan The Fed menaikkan suku bunga agresif kembali," Ujar Reza kepada Kontan.co.id, Kamis (11/8).


Baca Juga: CDS Indonesia Kembali Turun

Reza mengatakan investor perlu memperhatikan performa rupiah yang relatif lebih baik dibanding mata uang regional yang didorong oleh surplus neraca berjalan. Ekonomi Indonesia diuntungkan oleh harga ekspor, terutama komoditas yang lebih tinggi.

Namun, tekanan inflasi akan menjadi risiko yang tidak terhindarkan baik yang disebabkan oleh demand pull akibat kenaikan harga komoditas maupun cost push jika pemerintah akhirnya mengerek harga BBM. 

"Sehingga kami melihat BI perlu menaikkan suku bunga acuan tiga kali hingga empat kali agar volatilitas rupiah bisa terjaga sehingga portfolio inflow bisa kembali positif," ucap Reza. 

Baca Juga: Simak Propek Pasar Obligasi Saat Investor Asing Kembali Masuk

Menurut Reza penurunan CDS di Indonesia di dukung juga oleh kenaikan peringkat utang Indonesia, yang juga mempengaruhi perbaikan pasar obligasi dalam negeri. "Penurunan CDS ini diyakini juga akan membuat minat investor asing kembali meningkat," tutur dia. 

Reza mengatakan posisi CDS berpotensi menguat lagi ditopang oleh data pertumbuhan ekonomi yang melewati ekspektasi di kuartal kedua lalu.

Menurut Reza, investor obligasi yang sudah berada di pasar bisa melakukan profit taking apalagi saat harga SUN dalam negeri mulai membaik. "Namun untuk investor yang belom mengambil posisi baiknya wait and see melihat ketidakpastian global akan terjadinya resesi," ujarnya. 

Dia memperkirakan imbal hasil SUN acuan tenor 10 tahun berada di kisaran 7,10%-7,40%. Reza mengatakan, pasar obligasi memperkirakan BI akan menaikkan tingkat suku bunga acuan pada bulan September 2022.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati