Pemulihan Ekonomi Tahun Ini akan Mendorong Kinerja Impor



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Upaya pemerintah untuk terus menjaga pemulihan ekonomi diperkirakan akan berpengaruh kepada membaiknya kinerja impor. Sebab, jika ekonomi makin pulih, permintaan masyarakat pun akan kembali meningkat yang akhirnya berpengaruh pada meningkatnya impor.

Seperti yang sudah diketahi, kinerja impor menurun secara bulanan sejak September 2022 lalu. Data terakhir Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, nilai impor pada Januari 2022 sebesar US$ 18,44 miliar atau turun 7,15% secara month to month (MtM).

Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Yusuf Rendy Manilet menilai, potensi impor untuk bisa kembali tumbuh membaik relatif  besar, apalagi jika dikaitkan dengan trend pemulihan ekonomi di tahun ini.


“Kita tahu bahwa impor didominasi oleh kebutuhan bahan baku industri dan seperti yang kita tahu industri merupakan salah satu komponen utama pembentukan PDB (Produk Domestik Bruto) Indonesia,” tutur Yusuf kepada Kontan.co.id, Minggu (19/2).

Baca Juga: Ada Momentum Ramadan, Kinerja Impor Diperkirakan Kembali Meningkat

Sehingga, lanjutnya, dengan proyeksi pemulihan ekonomi di tahun ini yang digerakkan salah satunya dari industri maka, Yusuf menilai kinerja impor  berpotensi akan kembali mengalami peningkatan, utamanya pada momentum Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri yang akan terjadi sekitar Maret dan April 2023.

Yusuf mengatakan, meningkatnya aktivitas perekonomian ditopang oleh permintaan barang dan jasa dari masyarakat, sehingga secara otomatis akan menggerakkan aktivitas Perindustrian.

Adanya geliat aktivitas di sektor perindustrian  juga kemudian akan menggerek permintaan terhadap impor bahan baku terutama untuk menunjang aktivitas perindustrian tersebut.

“Selain itu Kalau kita lihat impor untuk barang konsumsi juga berpotensi meningkat terutama di bulan Ramadan lebaran nanti,” jelasnya.

Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira juga sepakat kinerja impor ke depan akan jauh lebih baik jika dibandingkan dengan Januari 2023.

Menurutnya, kinerja impor pada bulan ini dan Maret akan meningkat karena pola musiman Ramadhan dan Idul Fitri. Bahkan, pola musiman impor pada periode tersebut diperkirakan akan kembali ke level pra pandemi Covid-19.

“Pola musiman impor tahun ini akan kembali ke pra-pandemi. Apalagi mobilitas masyarakat mulai normal. Meski catatannya impor tidak merata pulihnya, yang paling cepat adalah impor pangan, impor bahan baku untuk industri yang berkaitan dengan makanan minuman dan suku cadang otomotif,” kata Bhima.

Baca Juga: Ekonom Ini Perkirakan Neraca Transaksi Berjalan 2022 Berpotensi Surplus 0,7% dari PDB

Selain berharap dari rebound konsumsi domestik, Bhima bilang, impor juga dipengaruhi oleh pembukaan ekonomi China. Bulan Desember 2022 lalu, impor total China masih minus 7,5% year on year (yoy), sehingga mempengaruhi keputusan industri berorientasi ekspor untuk menambah bahan baku.

Akibat melemahnya impor bahan baku dan barang setengah jadi tersebut, maka akan mempengaruhi prospek pemulihan industri manufaktur tahun ini.

“Kalau penurunan impor bulanan berlanjut, sementara bukan disebabkan industri mencari alternatif bahan lokal, artinya masih ada manufaktur yang tahan ekspansi. Imbasnya bisa ke serapan tenaga kerja terutama di sektor industri padat karya. Ini perlu diwaspadai karena ganggu pemulihan ekonomi,” imbuhnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto