Pemulihan Ekspor Asia Tenggara Kalahkan Asia Utara, Ini Sebabnya



KONTAN.CO.ID - TAIPEI. Pemulihan ekspor Asia Tenggara mengalahkan Asia Utara pada April 2023. Adapun Purchasing Managers Index (PMI) sejumlah negara di Asia Utara berada di bawah 50 yang berarti belum menunjukkan pertumbuhan.

Melansir Bloomberg, Selasa (2/5), survei S&P Global Market Intelligence menunjukkan Thailand memimpin wilayah Asia Tenggara dengan rekor tertinggi PMI sebesar 60,4. 

Direktur Asosiasi Ekonomi S&P Global Market Intelligence Annabel Fiddes menyampaikan hasil positif juga ditorehkan negara Asia Tenggara lainnya, yakni Indonesia dan Filipina. 


"Keduanya berhasil meraih PMI tetap di atas 50," ucap dia, dikutip pada Selasa (2/5).

Baca Juga: PMI Manufaktur Indonesia Kembali Meningkat Menjadi 52,7 pada April 2023

Sebaliknya, Annabel mengatakan kinerja ekspor Asia Utara tampak tersendat pada April 2023. Hal itu tercermin dari kinerja aktivitas pabrik Korea Selatan dan Taiwan yang masing-masing mencatat PMI sebesar 48,1 dan 47,1.

Dia menerangkan hal itu disebabkan melemahnya perdagangan global. Selain itu, pemulihan ekonomi yang tidak merata di China juga turut menjadi pendorong.

"Pabrik-pabrik di Korea Selatan dan Taiwan mengalami kontraksi aktivitas pada bulan lalu. Hal itu memperkuat kekhawatiran tentang risiko resesi global," ujarnya.

Sementara itu, Annabel menyampaikan data Taiwan menunjukkan kinerja perusahaan-perusahaan terlihat mengalami penurunan dalam produksi dan penjualan selama tiga bulan.

“Ada laporan bahwa penghambat kinerja disebabkan kondisi permintaan yang lemah, terutama di seluruh pasar ekspor utama, seperti Amerika Serikat (AS), Eropa, dan China," tuturnya.

Baca Juga: Aktivitas Pabrik Jepang Kontraksi 6 Bulan Berturut-turut, Ini Sebabnya

Annabel juga menyebut perdagangan dunia saat ini telah diperparah capaian inflasi yang masih menjadi ancaman dan meningkatnya biaya pinjaman sehingga melemahkan permintaan di seluruh AS dan Eropa. 

Kondisi tersebut tentu memukul pertumbuhan ekspor Taiwan, termasuk komoditas penting dan barang konsumsi seperti elektronik. Adapun aktivitas sektor manufaktur China juga belum sepenuhnya menunjukkan sisi positif meski perekonomian mereka telah dibuka.

Editor: Handoyo .