Pemulihan krisis global butuh waktu 10 tahun



JAKARTA. Krisis ekonomi global memang tak bisa disepelekan. Efek krisis global bisa meninggalkan beban ekonomi hingga bertahun-tahun dan tidak bisa pulih dalam tempo singkat.   

Dari pengalaman selama ini, pemulihan krisis ekonomi global akan memakan waktu hingga 10 tahun. Hal itu diungkapkan oleh Wakil Menteri Keuangan Mahendra Siregar saat membuka acara Indonesia Financial Expo & Forum (IFEF) 2012 yang dihelat KONTAN, kemarin (5/10).

Mahendra merujuk pengalaman krisis keuangan dunia tahun 1997/1998 silam. Pasca krisis hebat tersebut, dua indikator  penting yakni pertumbuhan ekonomi dan peringkat utang, butuh waktu hingga 10 tahun untuk kembali ke level sebelum krisis.


Ia menjelaskan, sebelum krisis hingga tahun 1997, ekonomi Indonesia tumbuh stabil di kisaran 6%. Hanya saja, pada tahun 1998 ekonomi Indonesia anjlok drastis ke kisaran minus 3%, kemudian berangsur pulih perlahan. "Ternyata, pertumbuhan ekonomi kita baru bisa kembali ke 6,1% pada tahun 2007, artinya memang betul 10 tahun waktu yang dibutuhkan," ujar Mahendra.

Pun begitu peringkat utang Indonesia. Mahendra bilang, sebelum krisis ekonomi meletus, Indonesia sudah masuk investment grade. Namun, saat krisis 1997 menyerang, peringkat utang Indonesia langsung anjlok drastis ke selective default hanya dalam waktu lima bulan. Indonesia baru bisa meraih kembali peringkat investment grade pada tahun 2011.

Menurut Mahendra, untuk krisis ekonomi saat ini, sebenarnya Indonesia termasuk negara yang memiliki daya tahan ekonomi yang  cukup bagus. Buktinya, di tengah keterpurukan ekonomi global, ternyata pertumbuhan ekonomi Indonesia masih bisa di atas 6% tahun ini.

Nah, untuk bisa mempertahankan kondisi ini, Mahendra bilang, Indonesia perlu memperkuat faktor-faktor yang menjadi pilar kekuatan ekonomi kita. Misal, konsumsi domestik, investasi, ekspor dan belanja pemerintah.

Selain itu, "Harus tetap waspada terhadap potensi penularan yang bisa terjadi dari mana saja, baik dari sektor perdagangan, kesehatan ekonomi (fiskal), sehingga kita bisa lebih antisipatif dalam melihat kondisi ke depan," ujar Mahendra.

Di sisi lain, kata Mahendra saat ini ekonomi Indonesia mulai terbukti memiliki potensi yang besar. Porsi ekonomi domestik pun kini lebih besar ketimbang yang lain di dalam pembentukan produk domestik bruto (PDB).

Lalu, dengan populasi penduduk yang mayoritas usia produktif bisa menjadi kekuatan potensial untuk menggerakkan ekonomi. Makanya, Mahendra yakin ke depan Indonesia masih bisa bertahan di tengah krisis.

Pemerintah berjaga

Menteri Keuangan Agus Martowardojo menambahkan, dari awal pemerintah memang telah mengantisipasi pemulihan ekonomi yang diperkirakan memakan waktu panjang. Makanya, "Kita harus mengelola perekonomian dengan hati-hati," ujarnya.

Ia menambahkan, pemerintah secara khusus mengantisipasi dampak krisis dari sektor perdagangan. Agus bilang, pemerintah terus berupaya membuka pasar ekspor baru dan meningkatkan daya saing industri dalam negeri agar ekspor bisa lebih kompetitif.  

Di dalam negeri, pemerintah juga melakukan upaya pengamanan melalui serangkaian standardisasi bagi produk-produk yang beredar. Diantaranya pemberlakuan Standar Nasional Indonesia (SNI). "Selain itu, juga perlu dukungan fiskal dan moneter yang sehat," ungkap Agus.

Sebelumnya, Kepala Ekonom Dana Moneter Internasional (IMF), Olivier Blanchard juga pernah mengatakan krisis ekonomi global masih akan berlangsung lama. Ia bilang, setidaknya butuh waktu sekitar 10 tahun untuk mengembalikan ekonomi dunia pada kondisi semula.

Jika dihitung dari awal krisis tahun 2008, maka tahun 2018 nanti, ekonomi global akan pulih seperti semula.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Edy Can