Penambahan jalan tol baru melampaui target, saham Jasa Marga (JSMR) layak koleksi



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Program pembangunan infrastruktur yang masif memicu peningkatan aktivitas bisnis emiten-emiten terkait, tak terkecuali PT Jasa Marga (Persero) Tbk. Panjang jalan tol yang dikelola oleh emiten berkode JSMR ini pun bertambah.

Secara kumulatif, sepanjang tahun 2018 lalu JSMR telah mengoperasikan jalan tol sepanjang 978 kilometer. Jumlah ini meningkat tajam sekitar 48% secara year on year (yoy) dibandingkan tahun sebelumnya yang baru sepanjang 660 kilometer.

Peningkatan tersebut didorong oleh sejumlah proyek jalan tol baru dengan total panjang 323,94 kilometer yang telah rampung dan bisa beroperasi tahun kemarin. Misalnya, jalan tol Ngawi – Kertosono sepanjang 37,51 kilometer dan Batang – Semarang sepanjang 75 kilometer yang mulai beroperasi pada Desember silam.


Analis Ciptadana Sekuritas Asia, Fahressi Fahalmesta menyampaikan, capaian pengoperasian jalan tol baru JSMR tergolong positif. Sebab, target awal dari perusahaan untuk jalan tol baru yang dapat beroperasi di tahun lalu hanya mencapai 317,9 kilometer.

Memang, dari jumlah tersebut, hanya 3,4% atau 10,75 kilometer saja yang beroperasi di Sumatra. Tepatnya ruas Tanjung Morawa – Parbarakan yang menjadi bagian dari proyek jalan tol Medan – Kualanamu – Tebing Tinggi.

Secara umum, penambahan jalan tol yang dikelola oleh JSMR dapat memberi dampak positif bagi kinerja emiten tersebut secara jangka panjang. Namun untuk jangka pendek, tekanan terhadap kinerja akan dirasakan oleh JSMR.

Menurut Fahressi, kehadiran jalan tol baru dapat menimbulkan risiko berupa keuntungan yang belum maksimal di masa-masa awal operasional. Bahkan, tidak menutup kemungkinan jalan tol baru tersebut malah mendatangkan kerugian bagi perusahaan. “Laba bersih JSMR bisa tertekan karena mayoritas tol yang dikelola perusahaan baru beroperasi dan belum bisa memberikan kinerja yang matang dalam waktu dekat,” ungkap dia, Kamis (31/1).

Hal ini tak lepas dari faktor masih minimnya kendaraan yang melintas di jalan tol baru tersebut. Selain itu, belum maksimalnya konektivitas antara jalan tol dengan jalan non-tol di sekitarnya juga dapat menghambat keuntungan operasional bagi JSMR.

Fahressi juga sempat menyinggung masalah tarif tol Trans Jawa yang dikelola oleh JSMR. Akhir-akhir ini sempat tersiar kabar bahwa sebagian pengguna jalan mengeluhkan tarif tol yang dirasa terlalu tinggi, sehingga mereka memutuskan untuk melintasi jalan biasa.

Menurutnya, masalah tersebut sebenarnya tidak perlu terlalu dikhawatirkan oleh JSMR. Sebab, emiten pelat merah ini nantinya juga bisa mengkaji ulang tarif tol tersebut beberapa bulan setelah jalan tol Trans Jawa beroperasi. “Lagi pula jalan tol tersebut lebih ditujukan untuk memudahkan sekaligus mempercepat akses logistik ke berbagai daerah,” terang dia.

Ia pun menyarankan beli saham JSMR dengan target Rp 5.600 per saham. Hari ini, saham JSMR berada di level Rp 4.920 per saham atau menguat 2,07% dari hari sebelumnya.

Fahressi memperkirakan, pendapatan JSMR akan mencapai Rp 10,94 triliun di akhir 2019 dan Rp 12,20 triliun di 2020 mendatang.

Adapun laba bersih JSMR diramal akan mencapai Rp 2,04 triliun di akhir 2019 namun turun jadi Rp 2,02 triliun di 2020 akibat efek belum optimalnya keuntungan jalan tol baru emiten tersebut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati