KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Himpunan Penambang Kuarsa Indonesia (HIPKI) mengakui saat ini sejumlah pengusaha dalam negeri mulai melirik bisnis hilirisasi pasir kuarsa/silika. Namun sayang, saat ini masih ada sejumlah kendala yang dihadapi yakni teknologi dan pendanaan yang belum kuat. Ketua Umum Himpunan Penambang Kuarsa Indonesia (HIPKI), Ady Indra Pawennari menyatakan, pada prinsipnya beberapa penambang telah menyatakan minatnya untuk melakukan hilirisasi pasir kuarsa. “Namun belum ada kepastian produk apa yang akan dihasilkan,” ujarnya kepada Kontan.co.id Minggu (17/9).
Ady menyatakan, ada beberapa opsi produk yang sempat dibicarakan adalah industri solar panel dan microchip. Namun sekali lagi, lanjutnya, ini masih dalam tahap wacana dan diskusi intensif karena pelaku usaha Tanah Air belum memiliki teknologinya.
Baca Juga: Pemerintah Akan Menyusun Roadmap Hilirisasi Pasir Kuarsa pada Tahun Ini Ady memaparkan, ada beberapa negara yang menguasai teknologi maju untuk hilirisasi pasir kuarsa, yakni China, Amerika, Jerman, dan beberapa negara maju di Asia dan Eropa lainnya. “Kami berharap, pemerintah dapat menjembatani kendala-kendala tersebut agar penambang dapat bersinergi dalam mewujudkan agenda bersama peningkatan nilai tambah komoditas ini,” jelasnya. Selain soal teknologi, Ady menyatakan, saat ini penambang pasir kuarsa juga mengalami kendala pada akses pendanaan. Sejauh ini penambang masih menggunakan dana pribadi atau internal dan belum dapat menjangkau sindikasi perbankan nasional karena dihadapkan berbagai macam kendala. Akibatnya akselerasi investasi relatif agak lambat. Walaupun sektor penambangan pasir kuarsa telah lama dilakukan di Indonesia, praktis pasar ekspor baru bisa diakses pada awal tahun 2020. Artinya, arus kas pertambangan silika nasional masih sangat lemah dan belum mapan. “Kami berharap program hilirisasi dapat membuka selain akses teknologi, juga akses pendanaan agar para penambang nasional juga dapat menjadi bagian atau subyek pembangunan, dalam hal ini hilirisasi pasir kuarsa,” tandasnya. Direktur Hilirisasi Mineral dan Batubara Kementerian Investasi/BKPM, Hasyim Daeng Barang menjelaskan, di dalam negeri sudah ada 98 perusahaan pemegang Izin Usaha Pertambangan (IUP) yang seluruhnya pelaku usaha lokal.
Baca Juga: ESDM Catat Ada 21 Perusahaan Pengolahan Pasir Silika di Dalam Negeri Semua perusahaan itu masih mengekspor karena belum ada teknologi yang mumpuni untuk mengolah pasir kuarsa menjadi produk bernilai tambah.
“Di tahun ini Kedeputian Hilirisasi baru menyusun roadmap. Jadi kami melihat potensi investasinya peluang didorong menjadi hilirisasi. Jadi kami tahun ini menyusun kajian hilirisasi pasir kuarsa/silika,” jelasnya saat ditemui di sela acara Indonesia Eergy Transition Dialogue 2023 di Jakarta, Selasa (19/9). Pihaknya juga sedang membuat kajian terkait ekosistem panel surya. Pihaknya melihat, ekosistem dari pasir kuarsa hingga menjadi sel surya masih sangat jauh dan beberapa belum ada di Indonesia. Di sisi lain, investasi yang dibutuhkan juga sangat besar. “Kami sudah melihat ada investor yang berminat. Kami mendorong kajian ini di Kementerian sehingga investor mau bangun di situ. Teknologinya tidak hanya dari China, ada dari negara lain,” imbuhnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Handoyo .