KONTAN.CO.ID -NEW DELHI. Penasihat Utama Pemerintah India mengingatkan India akan menghadapi gelombang ketiga atas pandemi virus corona (Covid-19). Hal ini mengingat hampir 4.000 orang meninggal akibat virus corona (Covid-19) dalam jangka waktu sehari. “Setelah tingkat infeksi mereda, negara harus siap untuk gelombang ketiga. Fase 3 tidak bisa dihindari, mengingat tingginya tingkat virus yang beredar," kata Penasihat utama pemerintah India K. VijayRaghavan dalam jumpa pers, Rabu (5/5) yang dikutip dari Reuters (6/5). Namun, VijayRaghavan menyebut, gelombang ketiga belum nampak waktunya apa terjadi. Namun, Pemerintah India sudah harus siap menghadapi gelombang baru penyebaran virus corona.
Saat ini, rumah sakit masih terus berjuang memperbanyak tempat tidur dan oksigen karena lonjakan infeksi mematikan dalam gelombang kedua virus corona. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan, dalam laporan mingguan, India menyumbang hampir setengah dari kasus virus corona (Covid-19) yang dilaporkan di seluruh dunia minggu lalu. India juga mencatatkan data seperempat dari total kematian akibat Covid-19.
Baca Juga: Kasus Covid-19 di India terus meningkat, ini penyebabnya Banyak orang meninggal akibar terpapar virus corona di ambulans, tempat parkir mobil karena menunggu tempat tidur atau oksigen. Kamar mayat dan krematorium di India kini juga berjuang untuk menangani aliran jenazah yang belum nampak akan berhenti. Pemerintah Perdana Menteri Narendra Modi juga telah mendapat hujan kritik karena dinilai telat bertindak cepat untuk menekan gelombang kedua Covid-19, setelah festival keagamaan dan demonstrasi politik yang membuat puluhan ribu orang dalam beberapa pekan terakhir berkumpul sekaligus menjadi acara "penyebar super" virus corona atau Covid-19. "Kami kehabisan udara. Kami sekarat," ujar penulis pemenang Booker Prize Arundhati Roy dalam sebuah opini yang menyerukan agar Modi mundur. Dalam opininya, Arundhati menyebut bahwa Modi menciptakan krisis parah, dan tidak bisa menyelesaikannya. “Kamu (Modi) hanya bisa memperburuknya . Jadi silakan pergi," tulis Arundhati Roy. Penyebaran virus corona juga mengancam ke negara lain, karena Inggris melaporkan, Delegasi India untuk pertemuan Menteri Luar Negeri Kelompok Tujuh di London kini harus mengisolasi diri setelah dua anggotanya dinyatakan positif COVID-19. Menteri Luar Negeri Subrahmanyam Jaishankar, yang berada di London, mengatakan dalam pesan Twitter bahwa dia akan hadir secara virtual.
Baca Juga: Bikin cemas, dua delegasi India di pertemuan G7 dinyatakan positif Covid-19 Data Kementerian Kesehatan India (5/5) melaporkan, kematian akibat corona di India naik dengan rekor 3.780 selama 24 jam terakhir. Jumlah kematian akibat Covid-19 ini telah melebihi 300.000 setiap hari selama dua minggu terakhir. Pakar medis mengatakan, angka aktual India bisa lima hingga 10 kali lipat dari penghitungan resmi. Negara ini telah menambahkan 10 juta kasus hanya dalam waktu empat bulan, setelah membutuhkan lebih dari 10 bulan untuk mencapai 10 juta pertama. Pihak oposisi India juga telah mendesak penguncian nasional atau lockdown, tetapi pemerintah India enggan untuk memberlakukannya karena takut dampak ekonomi, meskipun beberapa negara telah mengadopsi pembatasan sosial. Negara bagian timur Benggala Barat, warga yang menyumbang kekalahan kepada partai Modi dalam pemilihan pekan lalu memilih untuk menangguhkan layanan kereta lokal. Mereka juga membatas untuk bank dan toko perhiasan untuk membatasi penyebaran virus corona atau Covid-19. Bank sentral India juga meminta bank untuk memberikan perpanjangan waktu bagi debitur untuk membayar pinjamannya, karena krisis mengancam kebangkitan ekonomi India. Lonjakan infeksi corona (Covid-18) bertepatan dengan penurunan drastis dalam vaksinasi karena masalah pasokan dan pengiriman, meskipun India adalah produsen vaksin utama. Minimal tiga negara bagian, termasuk Maharashtra, rumah bagi ibu kota komersial Mumbai, telah melaporkan kelangkaan vaksin, menutup beberapa pusat inokulasi. Antrean panjang terbentuk di luar dua pusat di kota barat yang masih memiliki persediaan vaksin. Beberapa dari mereka yang menunggu meminta polisi untuk membuka gerbang lebih awal.
Baca Juga: Asia siaga Covid-19! Malaysia, Nepal, Singapura, Thailand catat lonjakan infeksi Pemerintah India juga sudah mengatakan kapasitas produksi obat antivirus remdesivir, yang digunakan untuk mengobati pasien COVID-19, telah meningkat tiga kali lipat menjadi 10,3 juta botol per bulan, naik dari 3,8 juta botol pada bulan lalu. Pengujian harian vaksin turun tajam menjadi 1,5 juta, , dari puncak 1,95 juta pada hari Sabtu. Menteri Perkeretaapian Piyush Goyal di Twitter menyebut, lebih dari 25 kereta api telah mendistribusikan pasokan oksigen ke seluruh negeri dan tiba di ibu kota, New Delhi pada Rabu 5 Mei. Di negara bagian terpencil Mizoram yang berbatasan dengan Myanmar, pejabat pemerintah Dr Z R Thiamsanga mengatakan, tempat tidur di rumah sakit yang menangangi pasien corona menyerukan kapasitas tempat tidur sangat terbatas sehingga pasein non Covid-19 diminta untuk pergi. Hanya tiga dari total 14 ventilator yang masih tersedia. "Menurut pendapat saya, penguncian total diperlukan untuk mengendalikan situasi," kata Thiamsanga kepada Reuters dari ibu kota negara, Aizawl.
Baca Juga: Waspada, Malaysia alami kebangkitan infeksi virus corona Federasi Internasional Perhimpunan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah juga menyebut, negara tetangga yakni Nepal juga sudah kewalahan oleh gelombang infeksi ketika wabah India menyebar ke seluruh Asia Selatan. Dengan 57 kali lebih banyak kasus Covid-19 dibandingkan sebulan lalu, Nepal melihat 44% tes kembali menghasilkan positif corona. Kota-kota di dekat perbatasan dengan India tidak dapat mengatasi meningkatnya jumlah orang yang mencari pengobatan, sementara hanya 1% dari populasi negara-negara tersebut yang telah divaksinasi penuh.
Editor: Titis Nurdiana