Penawaran Global Bond Indonesia Menarik Saat Momentum Pemangkasan Suku Bunga



KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Minat investor asing terhadap obligasi global (global bond) Indonesia diyakini tetap tinggi. Sentimen pemangkasan suku bunga acuan bank sentral global dapat mendorong arus masuk investasi ke pasar modal tanah air.

Seperti diketahui, pemerintah baru saja menerbitkan surat utang negara (SUN) dalam denominasi dua mata uang asing (dual currency) yaitu dalam dolar AS (USD) dan euro (EUR) pada Rabu (4/9). Transaksi ini menandai keberhasilan pemerintah menerbitkan global bonds dengan format SEC untuk ke 15 kalinya.

DJPPR mengungkapkan, transaksi SUN dalam denominasi dolar AS sebesar US$ 1,8 miliar dan SUN Sustainable Development Goals (SDG) dalam denominasi euro sebesar € 750 juta. Sedangkan, total order book mencapai US$8,5 miliar dan € 3 miliar.


Chief Dealer Fixed Income & Derivatives Bank Negara Indonesia (BNI) Fudji Rahardjo mengatakan, penerbitan global bond tersebut menjadi menarik karena arah suku bunga ke depan diproyeksikan turun. Hal itu sejalan dengan investor mengharapkan pemangkasan suku bunga Amerika Serikat (AS) pada pertemuan The Fed di tanggal 18 September mendatang.

Baca Juga: Ada Pemangkasan Suku Bunga, Bos OJK Optimistis IHSG Bisa Lanjut Bullish

Ekspektasi pemangkasan suku bunga memicu investor asing untuk mencari aset sebelum penurunan itu terjadi. Oleh karena itu, global bond dinilai menarik ditawarkan dengan momentum saat ini.

‘’Antusiasme investor global terhadap obligasi yang ditawarkan pemerintah tersebut dapat terlihat dari total order book dan nilai penerbitan. Minat investor terhadap global bond tersebut menunjukkan fundamental ekonomi Indonesia yang baik,” kata Fudji kepada Kontan.co.id, Jumat (6/7).

Fudji menambahkan, Indonesia juga merupakan salah satu negara dengan tingkat imbal hasil (yield) tertinggi dibandingkan negara emerging markets lainnya. Emerging markets adalah negara-negara yang sedang mengalami pertumbuhan ekonomi yang cepat, industrialisasi, dan modernisasi seperti Brasil, China, India serta Indonesia.

Berdasarkan data PHEI, tingkat yield SUN 10 tahun terpantau sekitar 6,67% per 6 September 2024. Dari sisi real yield yang merupakan selisih dari suku bunga dikurangi dengan besaran inflasi, imbal hasil riil Indonesia juga masih cukup kompetitif yakni sebesar 4,13%.

Adapun final yield untuk seri RIEUR0932 bertenor 8 tahun, seri RI0934 bertenor 10 tahun, dan seri RI0954 bertenor 30 tahun masing-masing sebesar 3,723%, 4,800% dan 5,200%.

Baca Juga: Kenaikan Cadangan Devisa RI Diprediksi Melambat Usai Cetak Rekor US$ 150,2 Miliar

Director & Chief Investment Officer Fixed Income PT Manulife Aset Manajemen Indonesia  (MAMI) Ezra Nazula menilai, penawaran global bond Indonesia tersebut menarik di tengah adanya ekspektasi Bank Sentral AS akan menurunkan suku bunga acuannya di bulan September. Sebab, pemangkasan suku bunga dapat menyebabkan imbal hasil US Treasury bergerak turun.

“Sentimen untuk Indonesia global bond cukup positif terbukti dari orderbook yang oversubscribe,” ujar Ezra kepada Kontan.co.id, Sabtu (7/9).

Ezra menambahkan, dengan adanya penerbitan global bond juga akan mengurangi beban penerbitan Surat Berharga Negara (SBN). Hal itu ditopang oleh ekspektasi pemangkasan suku bunga AS dan kemungkinan akan diikuti oleh pemangkasan suku bunga Bank Indonesia.

Oleh karena itu, Manulife Aset memperkirakan imbal hasil SBN berpotensi bergerak turun atau menguat ke level 6% - 6.25% di akhir 2024.

Baca Juga: Kurs Rupiah Berpeluang Melanjutkan Penguatan di Pekan Depan

Menurut Fudji, Bank Indonesia (BI) cenderung masih akan mempertahankan level suku bunganya untuk menjaga gap dengan Fed Fund Rate (FFR). Sehingga, penurunan yield surat utang Indonesia kemungkinan cenderung lebih landai daripada penurunan yield US Treasury.

Namun ketika terjadi penurunan FFR lebih agresif, maka tidak menutup kemungkinan akan terjadi penurunan pada BI Rate di sisa tahun 2024 ini. Dengan berbagai sentimen yang ada, Bank BNI memproyeksi yield SUN pada akhir tahun ini akan berada pada level 6.5% - 6.6%.

Selain itu, Fudji menyoroti bahwa investor tentunya sudah memperhitungkan peringkat (rating) surat utang Indonesia. Performa secara historis penerbitan obligasi global yang diterbitkan Indonesia juga menjadi pertimbangan.

Untuk diketahui, ketiga seri SUN yang diterbitkan pada transaksi kali ini memperoleh peringkat Baa2 dari Moody’s, BBB dari Standard & Poor’s, dan BBB dari Fitch, serta akan dicatatkan pada Singapore Exchange Securities Trading Limited dan Frankfurt Stock Exchange.

Selanjutnya: Mengenal Warna Kursi Pesawat, Inovasi Batam Aero Technic dengan Bahan Kulit Lokal

Menarik Dibaca: Cara Hemat Air Meski Mencuci dengan Mesin Cuci

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati