Penawaran lelang sukuk tembus Rp 24 triliun



JAKARTA. Lelang surat berharga syariah nasional (SBSN) alias sukuk negara membukukan penawaran sebesar Rp 24 triliun. Penawaran yang masuk hampir empat kali lipat dari target indikatif senilai Rp 6 triliun.

Dari total penawaran yang masuk, jumlah yang diserap sebesar Rp 6,57 triliun. Analis Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA) Nicodimus Anggi Kristiantoro menilai, oversubscribed sampai empat kali tergolong cukup besar untuk lelang SBSN. Dia memperkirakan, meningkatnya ekspektasi positif para investor terhadap data domestik memicu tingginya minat peserta lelang kali ini.

Memang, belakangan ini beberapa data dalam negeri sedang menggembirakan. Lihat saja, cadangan devisa bulan Desember 2016 yang melonjak ke level US$ 116,4 miliar setelah pada akhir November 2016, cadangan devisa hanya tercatat US$ 111,5 miliar.


“Belum lagi, tren apresiasi rupiah sejak awal perdagangan 2017 dan terus masuknya dana asing ke pasar SBN semakin meningkatkan persepsi positif para investor,” papar Nicodimus.

Yield rendah

Di lelang hari ini, Nicodimus melihat yield yang ditawarkan investor terbilang cukup rendah, sehingga pemerintah bisa menyerap dana melebihi target indikatif. Terbukti, dari lima seri yang ditawarkan, empat seri mencatatkan yield rata-rata tertimbang yang dimenangkan lebih rendah daripada yield wajar yang ditetapkan IBPA. Keempat seri tersebut adalah SPNS110720017, PBS013, PBS014, dan PBS012 dengan yield rata-rata tertimbang yang dimenangkan berturut-turut sebesar 5,86%, 7,15%,7,63%, dan 8,36%.

Sementara, seri PBS011 mencatatkan yield rata-rata tertimbang yang dimenangkan sebesar 7,97%. Memang, sebelum lelang dilakukan, IBPA telah menetapkan yield acuan lelang. Berdasarkan hitungan IBPA, yield acuan untuk seri SPNS110720017 sebesar 6,19%, seri PBS013 sebesar 7,36%, seri PBS014 sebesar 7,64%, seri PBS011 sebesar 7,94%, dan seri PBS012 sebesar 8,52%.

Penawaran yield rendah seperti ini, menurut Nicodimus, sejalan dengan tren penurunan yield di pasar obligasi domestik sejak awal tahun, sehingga pemerintah dirasa akan sulit memenangkan penawaran dengan yield tinggi dari para investor.

Pada lelang kali ini, seri yang paling diminati adalah SPNS110720017 bertenor enam bulan yang mencatatkan penawaran sampai Rp 17,89 triliun. Penawaran yang dimenangkan pada seri ini sendiri mencapai Rp 2 triliun.

Kemudian, ada seri PBS013 yang akan jatuh tempo pada 15 Mei 2019 dengan penawaran yang masuk sebesar Rp 3,49 triliun dan nominal yang dimenangkan sebesar Rp 2,19 triliun. Lalu, ada seri PBS011 yang akan kedaluwarsa tanggal 15 Agustus 2023 dengan penawaran sebesar Rp 980 miliar dan dimenangkan senilai Rp 790 miliar.

Selanjutnya, ada seri PBS012 yang akan jatuh tempo pada 15 November 2031 dengan total penawaran sebesar Rp 900 miliar dan mampu diserap sebesar Rp 860 miliar. Terakhir, seri PBS014 yang akan jatuh tempo pada 15 Mei 2021 membukukan penawaran sebesar Rp 760 miliar dan nominal yang dimenangkan sebesar Rp 730 miliar.

Nicodimus melihat, larisnya seri bertenor pendek tidak hanya terjadi pada lelang SBSN hari ini, namun sudah terjadi pada lelang surat utang negara (SUN) pekan lalu. Menurutnya, hal ini disebabkan karena investor masih melakukan antisipasi risiko terhadap bayang-bayang tekanan dan efek yang ditimbulkan oleh kebijakan Donald Trump, Presiden Amerika Serikat (AS) yang akan dilantik pada 20 Januari pekan depan. Karena sentimen ini, kebanyakan investor lantas menyasar surat utang jangka pendek.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dupla Kartini