JAKARTA. Beberapa bankir memprediksi tekanan kredit bermasalah masih akan berlangsung sampai kuartal III tahun ini. Sepanjang tahun 2016, perbankan banyak melakukan pencadangan demi mengantisipasi potensi kredit macet yang terjadi. Tren kenaikan pencadangan terlihat pada empat bulan pertama 2016. Di periode itu, provisi perbankan melonjak 104% dari setahun lalu. Salah satu bank yang membukukan kenaikan pencadangan, Bank Central Asia (BCA). Provisi emiten berkode saham BBCA tersebut hingga April 2016, meningkat 22,71%. Direktur Utama BCA Jahja Setiaatmadja mengatakan, tren kenaikan provisi ini masih akan terjadi pada kuartal III 2016. "Provisi akan dibentuk sampai September 2016," ujar Jahja kepada KONTAN, Jumat (3/6).
Sebagai catatan, non performing loan (NPL) BCA di kuartal I naik 41 bps menjadi 2,01%. Bank Rakyat Indonesia (BRI) juga menyiapkan pencadangan yang cukup besar untuk mengantisipasi kenaikan kredit macet. Menurut Direktur Keuangan BRI, Haru Koesmahargyo, dengan naiknya tekanan NPL, maka bank perlu meningkatkan biaya provisi. "Selain itu, jika NPL masih berlanjut, jelas risiko bank juga diperkirakan akan meningkat," terang Haru, kepada KONTAN. Sebagai tambahan informasi, sampai kuartal pertama tahun ini, NPL bank berkode saham BBRI ini naik tipis 5 bps menjadi 2,22%.