JAKARTA. Di saat bank lain mencatatkan kenaikan laba, meskipun tipis, tidak demikian yang dialami oleh PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI). Bank yang kini dikomandani oleh Achmad Baequni ini mengalami penuruan laba bersih hingga 50,8% menjadi hanya Rp 2,43 triliun di semester I 2015 ini. Penyebabnya adalah karena dana pencadangan kerugian atau Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) mengalami kenaikan 63,15% menjadi Rp 11,2 triliun. Selain itu cadangan pinjaman bermasalah juga tercatat mengalami kenaikan menjadi 138,8% dari sebelumnya yaitu 128,9%. Achmad Baequni mengatakan bahwa kenaikan CKPN ini disebabkan karena pada semester pertama kredit macet atawa NPL BNI mengalami kenaikan menjadi 3% dibandingkan 2% pada semester pertama tahun lalu. Kenaikan NPL ini utamanya disumbangkan oleh sektor kecil dan menengah yang masing-masing sebesar 6,8% sampai 5,4%. Dari sektor kelas menengah misalnya industri manufaktur dan perdagangan. “Penurunan kondisi ekonomi pada semester pertama 2015 ini menyebabkan debitur mengalami kesulitan untuk pembayaran bunga,” ujar Baequni ketika memberikan pemaparan kinerja BNI semester 1 2015, Kamis (30/7). Selain itu jika dilihat di laporan keuangan BNI pada semester pertama ini, yang menyebabkan laba bersih mengalami penurunan adalah kenaikan biaya provisi sebesar 172,2% menjadi Rp 5,9 triliun. Biaya operasi juga naik 17,1% menjadi Rp 7,8 triliun. Nah, karena NPL yang naik tersebut, maka, kata Baequni, selama semester pertama 2015 ini, perseroan melakukan sejumlah restrukturisasi kredit.
Pencadangan naik, laba BNI tergerus 50,8%
JAKARTA. Di saat bank lain mencatatkan kenaikan laba, meskipun tipis, tidak demikian yang dialami oleh PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI). Bank yang kini dikomandani oleh Achmad Baequni ini mengalami penuruan laba bersih hingga 50,8% menjadi hanya Rp 2,43 triliun di semester I 2015 ini. Penyebabnya adalah karena dana pencadangan kerugian atau Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) mengalami kenaikan 63,15% menjadi Rp 11,2 triliun. Selain itu cadangan pinjaman bermasalah juga tercatat mengalami kenaikan menjadi 138,8% dari sebelumnya yaitu 128,9%. Achmad Baequni mengatakan bahwa kenaikan CKPN ini disebabkan karena pada semester pertama kredit macet atawa NPL BNI mengalami kenaikan menjadi 3% dibandingkan 2% pada semester pertama tahun lalu. Kenaikan NPL ini utamanya disumbangkan oleh sektor kecil dan menengah yang masing-masing sebesar 6,8% sampai 5,4%. Dari sektor kelas menengah misalnya industri manufaktur dan perdagangan. “Penurunan kondisi ekonomi pada semester pertama 2015 ini menyebabkan debitur mengalami kesulitan untuk pembayaran bunga,” ujar Baequni ketika memberikan pemaparan kinerja BNI semester 1 2015, Kamis (30/7). Selain itu jika dilihat di laporan keuangan BNI pada semester pertama ini, yang menyebabkan laba bersih mengalami penurunan adalah kenaikan biaya provisi sebesar 172,2% menjadi Rp 5,9 triliun. Biaya operasi juga naik 17,1% menjadi Rp 7,8 triliun. Nah, karena NPL yang naik tersebut, maka, kata Baequni, selama semester pertama 2015 ini, perseroan melakukan sejumlah restrukturisasi kredit.