Pencarian AirAsia QZ8501 dilakukan selama 7 hari



JAKARTA. Pesawat AirAsia dengan nomor penerbangan QZ8501 hilang kontak sejak Minggu (28/12) pagi. Banyaknya rumor yang mengabarkan bahwa pesawat telah jatuh dan ditemukan serpihannya.

Tapi, Ketua Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) Tatang Kurniadi membantah rumor soal serpihan pesawat Air Asia QZ850. Menurutnya hingga saat ini KNKT belum mengetahui letak jatuhnya pesawat. "Pesawat belum ditemukan jatuh dimana. Saya mendengar rumor berbagai rumor, itu tidak benar bahwa telah ditemukan serpihan pesawat," ujarnya akhir pekan lalu.

Ia mengungkapkan pihaknya selalu berkoordinasi dengan Basarnas untuk memberikan fakta-fakta di lapangan. Ia menuturkan proses hilangnya pesawat ini telah menjadi perhatian internasional. Sudah banyak negara-negara tetangga yang telah menawarkan bantuan pencarian seperti dari Malaysia, Singapura, Inggris, Perancis, dan Australia. "Kita sama sama berdoa untuk mendapatkan mukjizat. Semoga ini musibah yang bisa mengahasilkan sesuatu yang menggembirakan," ujarnya.


Kepala Basarnas Marsekal Madya FHB Soelistyo menuturkan, pihaknya akan fokus melakukan tindakan awal langsung menuju titik jatuhnya pesawat. Basarnas telah mendirikan posko utama yang terletak di Kantor Basarnas di Jakarta dan posko tatis di Pangkal Pinang. "Kami menyerahkan seluruh kekuatan dari Basarnas, TNI, dan Polri," jelasnya.

Sama seperti Tatang, Soelistyo mengakui sudah ada tawaran bantuan dari berbagai negara seperti Malaysia, Singapura dan Australia yang akan dikoordinasikan secara langsung melalui posko di Pangkal Pinang. Untuk tahap pertama pencarian, Soelistyo menuturkan akan berjalan selama 7 hari kemudian akan dievaluasi untuk ditentukan apakah akan diperpanjang atau dihentikan.

"Saya tidak akan lelah untuk mencari pesawat dan semoga bisa cepat ditemukan. Semua updating ada di sini (Kantor Basarnas Jakarta). Semua berhak mendapatkan data sesuai dengan kondisi di lapangan," jelasnya.

Soelistyo mengungkapkan perkiraan letak jatuhnya pesawat adalah 200 nautical miles di sebelah tenggara antara zona pengawasan penerbangan Indonesia dan Singapura. "Di titik itu tempat kami memulai pencarian," ujarnya.

Soelistyo mengakui cuaca menjadi kendala utama pencarian yang dilakukan dari udara. Selain itu juga kedalaman dari jatuhnya pesawat juga menjadi kendala tersendiri. "Kalau jatuh ke laut alat Marine detector yang memancarkan sonar hanya bisa mencapai kedalaman 200 meter di bawah permukaan laut. Tapi itu bisa kita atasi dengan memperhitungkan kemungkinan yang ada dan berbagai evaluasi. Jadi bisa kita prediksi," tegasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto