Pencarian calon mitra proyek baterai kendaraan listrik berlanjut, Tesla masuk radar



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tim Percepatan Proyek Baterai Kendaraan Listrik (Electric Vehicle/EV Battery) Nasional terus fokus menggaet mitra yang kelak akan bekerja sama untuk membangun industri baterai kendaraan listrik dari hulu hingga hilir. Salah satu calon mitra yang berada dalam radar adalah Tesla.

Ketua Tim Percepatan Proyek EV Battery Nasional Agus Tjahajana mengatakan, awalnya terdapat 11 calon mitra yang berminat terlibat dalam proyek industri baterai kendaraan listrik di Indonesia. Kemudian, melalui proses negosiasi dan seleksi yang ketat jumlah calon mitra tersebut berkurang menjadi 7 dan menyusut lagi menjadi tinggal 3 calon saja.

Dia bilang, dua di antara calon mitra tersebut merupakan investor asal Korea dan China yang berbentuk konsorsium. Proses diskusi pun masih terus berlangsung untuk meyakinkan calon mitra yang bersangkutan.


“Kami bicara aktif dengan tiga calon mitra, tetapi kami tetap membuka diri untuk kemungkinan calon mitra baru yang mungkin juga mengisi value chain industri baterai kendaraan listrik,” tuturnya dalam acara Market Review di IDX Channel, Selasa (16/2).

Dalam catatan Kontan.co.id, terdapat dua perusahaan baterai kendaraan listrik global yang sedang menjajakan kerja sama dengan Indonesia, yaitu konsorsium CATL asal China dan LG Chem Ltd asal Korea Selatan.

Lebih lanjut, Tesla disebut mulai menjajaki peluang kerja sama dalam waktu satu atau dua bulan terakhir. Sehingga, perusahaan milik Elon Musk tersebut relatif tertinggal bila dibandingkan dua calon mitra sebelumnya.

Agus mengungkapkan, Tesla berpeluang terlibat dalam industri baterai kendaraan listrik di sektor hulu. Peluang yang sama juga bisa didapatkan oleh Tesla dengan terlibat dalam sektor hilir industri baterai kendaraan listrik.

Baca Juga: Dongkrak demand kendaraan listrik, konsorsium baterai BUMN berharap ada insentif

“Kami tidak keberatan jika Tesla masuk di hulu, karena kami sudah hitung berapa cadangan nikel yang ada. Kalau masuk ke hilir tentu saja silakan. Kami tentu sangat senang bisa bermitra,” ungkapnya.

Belakangan ini, santer dikabarkan bahwa Tesla lebih tertarik berinvestasi pada pembangunan pabrik Energy Storage System (ESS) atau serupa dengan powerbank dalam kapasitas ekstra besar.

Agus pun tak menampik hal tersebut, mengingat tujuan Tesla datang ke Indonesia adalah untuk mencari negara tujuan investasi yang baru. Ditambah lagi, ESS merupakan salah satu bidang keahlian Tesla di samping kendaraan listrik.

Menurutnya, Tesla bisa saja ingin melakukan uji coba terlebih dahulu. Apalagi, kebutuhan investasi pembangunan ESS relatif lebih rendah dibandingkan kendaraan listrik.

“Mungkin bagi mereka energy storage investasinya tidak begitu besar, sehingga mereka mau lihat apakah Indonesia ramah terhadap lingkungan atau tidak. Lalu, bagaimana dengan masalah buruh dan perizinannya,” terang Agus.

Terlepas dari itu, lanjut dia, pada dasarnya pemerintah akan mengundang pihak manapun yang mau terlibat dalam industri baterai kendaraan listrik ataupun ESS. Hal yang terpenting untuk ditekankan adalah Indonesia mesti memiliki iklim investasi yang menarik bagi para investor global tersebut.

Selanjutnya: Berikut mobil-mobil di bawah 1.500 cc yang tak dapat insentif PPnBM nol persen

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Anna Suci Perwitasari