KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tanggal pendaftaran pasangan calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) untuk Pemilu 2024 sudah di depan mata. Pendaftaran capres-cawapres akan berlangsung pada periode 19-25 Oktober 2023. Sejumlah pihak tentu menanti saat-saat ini untuk melihat siapa capres-cawapres yang berpotensi untuk terpilih. Hal itu pun menyebabkan sejumlah sentimen ke pasar saham. Pengamat Pasar Modal dari Universitas Indonesia, Budi Frensidy, mengatakan, pasar memiliki ekspektasi agar rangkaian Pemilu 2024 berjalan dengan jujur dan adil.
“Jangan sampai keputusan Mahkamah Konstitusi (MK) bisa memenuhi permintaan dan memuluskan kelompok tertentu, sehingga menjadi tidak netral. Ini salah satu kelemahan dari pemerintahan saat ini,” ujarnya kepada Kontan, Minggu (15/10). Budi melihat, rangkaian Pemilu 2024 akan memiliki sentimen yang positif terhadap kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (
IHSG). “Namun, IHSG bisa saja bergerak negatif jika dirasakan ada ketidakwajaran dari pasangan capres-cawapres yang didaftarkan,” tuturnya. Menurut Budi, IHSG akan tembus level 7.000 dan akan berada di kisaran 7.100 pada akhir tahun 2023. Sementara, sektor-sektor yang diuntungkan dari rangkaian Pemilu 2024 adalah
consumer goods, industri pariwisata, perhotelan, serta infrastruktur, seperti jalan tol dan telekomunikasi. Sementara itu, Pengamat Pasar Modal Teguh Hidayat mengatakan, investor sebenarnya netral dengan siapapun presiden yang akan terpilih pada Pemilu 2024. “Namun, investor sepakat bahwa Pemilu 2024 harus berjalan damai agar tidak menimbulkan sentimen negatif ke pasar,” ujarnya kepada Kontan, Minggu (15/10). Ketika masa kampanye sudah tiba, ekonomi domestik bisa kembali mendapatkan sentimen positif. Salah satunya dari aksi bagi-bagi sembako yang kerap dilakukan saat masa kampanye. “Oleh karena itu, sektor yang paling diuntungkan dari rangkaian Pemilu 2024 adalah sektor perbankan dan konsumer,” paparnya.
Dari sektor perbankan, Teguh merekomendasikan hold untuk
BBNI dengan target harga Rp 5.500 – Rp 6.000 per saham. Dari sektor konsumer, Teguh merekomendasikan beli untuk
GGRM dengan target harga Rp 40.000 per saham. “Kegiatan di luar ruangan akan meningkatkan konsumsi rokok masyarakat, baik yang dibeli langsung maupun yang dibagikan,” tuturnya. Teguh juga merekomendasikan hold untuk
INDF dan
SIDO dengan target harga masing-masing Rp 7.500 – Rp 8.000 per saham dan Rp 700 per saham. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Noverius Laoli