Pendanaan pabrik SMGR membengkak



JAKARTA. Nilai tukar rupiah lunglai di tahun ini. Kondisi tersebut mulai berimbas pada ekspansi emiten. PT Semen Indonesia Tbk (SMGR), misalnya, harus mengalokasikan dana tambahan untuk investasi pabrik.

Direktur Utama SMGR, Dwi Soetjipto mengatakan, pelemahan rupiah mempengaruhi pendanaan investasi pabrik baru Semen Indonesia. Pabrik yang dimaksud adalah pabrik SGG-III di Padang dan SGG-IV di Rembang. Dwi bilang, berdasarkan studi kelayakan (feasibility study) awal, nilai investasi kedua pabrik itu mencapai Rp 7 triliun. Rinciannya, investasi pabrik di Rembang senilai Rp 4 triliun dan di Padang Rp 3 triliun.

Namun, studi kelayakan itu dilakukan saat rupiah masih berada di Rp 9.500 per dollar Amerika Serikat (AS). Kini, ketika rupiah melemah ke Rp 11.830 per dollar, SMGR harus mengkaji ulang besaran investasi pabrik barunya itu. "Kami perkirakan ada kenaikan investasi sekitar 18%," jelas Dwi, Selasa (3/12).


Agung Wiharto, Sekretaris Perusahaan SMGR menambahkan, dampak pelemahan rupiah itu tidak dihitung langsung terhadap total investasi. Sebab, dari nilai investasi Rp 7 triliun, kebutuhan dollar AS hanya sekitar 30%-50% dari nilai investasi pabrik atau sekitar Rp 2 triliun-Rp 3,5 triliun.

Pendanaan dalam dollar AS itu untuk investasi mesin. "Jadi kenaikan investasi hanya dihitung terhadap eksposur dollar saja. Jadi, dampak pelemahan rupiah menambah investasi pabrik sekitar Rp 600 miliar," kata dia.

Hitung punya hitung, investasi pabrik SMGR membengkak menjadi Rp 7,6 triliun dengan asumsi rupiah tetap stabil di kisaran saat ini. Jika rupiah terus melemah, nilai investasi pabrik bisa semakin bertambah.

Porsi pinjaman bertambah

SMGR membiayai ekspansi pabrik dari ekuitas dan pinjaman dengan porsi seimbang. Awalnya, SMGR bakal mengeluarkan dana Rp 3,5 triliun dari kas internal dan sisanya mencari pinjaman eksternal. Karena kenaikan nilai investasi, SMGR akan menambah plafon pinjaman.

Kata Agung, rencananya SMGR akan meminjam ke bank dan memanfaatkan fasilitas Export Credit Agency (ECA). Saat ini, SMGR sudah mengajukan proposal pinjaman ke beberapa bank. SMGR memproyeksikan, pendanaan eksternal akan menjadi Rp 4,1 triliun. "Tetapi ini masih belum final," kata dia. Namun yang pasti, pendanaan di tahun depan sebesar Rp 2 triliun akan membiayai dari kas.

Dwi memastikan, target penyelesaian pabrik tak berubah. Pabrik SMGR di Padang diharapkan rampung akhir 2015, sementara pabrik di Rembang tahun 2016.

Meski demikian, Dwi memperkirakan, penjualan semen di 2014 akan melambat. Permintaan dari sektor properti berkurang seiring naiknya suku bunga acuan dan depresiasi rupiah. Selain itu, ada kenaikan tarif dasar listrik yang bisa melemahkan daya beli. Dwi memperkirakan, pertumbuhan industri semen cuma 5%-6% di tahun depan.

Di tahun depan, SMGR menargetkan volume penjualan tumbuh 8%-10%. Tahun ini, SMGR berharap bisa menjual 26 juta ton semen atau naik 15%. Artinya di 2014, penjualan SMGR akan sekitar 28,08 juta-28,6 juta ton.

Agung yakin, target penjualan SMGR tahun ini akan tercapai. Sebab hingga Oktober 2013, penjualan SMGR sesuai target. Sampai Oktober, penjualan semen SMGR mencapai 20,95 juta ton, tumbuh 15,2%.

Analis Ciptadana Securities, Triwira Tjandra yakin, naiknya kebutuhan investasi tidak bakal mempengaruhi kinerja SMGR. "Dari sisi cash flow memang akan turun sedikit, tetapi tidak signifikan," kata dia. Triwira merekomendasikan hold saham SMGR dengan target harga di Rp 14.000. Harga SMGR turun 0,76% menjadi Rp 13.050, kemarin. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Avanty Nurdiana