Pendapat analis asing tentang investment grade S&P



JAKARTA. Setelah beberapa kali menunda untuk menaikkan peringkat utang Indonesia, hari ini (19/5), Standard & Poor's (S&P) akhirnya mengerek rating Indonesia ke level layak investasi atau investment grade.

Dalam situs resminya, S&P menaikkan rating surat utang rupiah dan valuta asing bertenor jangka panjang (long term) menjadi BBB-, dari sebelumnya BB+. S&P mempertahankan outlook positif. Sedangkan rating surat utang jangka pendek atau short term direvisi ke atas juga menjadi A-3.

Salah satu alasannya adalah S&P melihat Indonesia mampu mengurangi risiko fiskal. "Kami percaya, fokus pemerintah atas bujet yang lebih realistis telah mengurangi risiko shortfall (penerimaan pajak di bawah target) memperlebar defisit bujet saat ini," jelas S&P.


Menurut Trinh Nguyen, senior economist for emerging Asia dari Natixis SA di Hong Kong, Indonesia memang berhak mendapatkan kenaikan peringkat investasi. "Ini berkat prioritas Indonesia terhadap kesinambungan fiskal dengan mengorbankan pertumbuhan pada tahun 2016," jelas Nguyen seperti yang dikutip dari Bloomberg.

Keuntungan yang didapat dari kenaikan peringkat ini termasuk akses ke dalam modal investor asing yang hanya mau berinvestasi pada aset-aset dengan rating investment grade dan biaya pendanaan yang lebih rendah.

Sementara, Bharat Joshi, investment director Aberdeen Asset Management di Jakarta berpendapat kenaikan peringkat dari S&P sangat positif bagi Indonesia. "Hal ini akan mengurangi cost of fund Indonesia yang saat ini relatif mahal jika dibandingkan negara-negara lain di kawasan regional," ungkapnya seperti yang dikutip dari Reuters.

Sedangkan menurut tim analis Miare Asset Sekuritas, Taye Shim dan Giovanni Dustin, S&P menaikkan rating Indonesia dari junk ke investment grade merefleksikan adanya sejumlah reformasi yang diimplementasikan oleh pemerintahan Presiden Joko Widodo.

"Kami memprediksi adanya arus investasi positif yang masuk ke Indonesia. Pandangan kami berdasarkan fakta bahwa banyak investor enggan menanamkan dananya pada aset-aset yang tidak layak investasi," jelas Mirae.

Mirae menambahkan, dengan memenangkan peringkat ini, pintu investasi ke Indonesia akan terbuka lebar. "Kami meramal, sektor yang diuntungkan dari kejadian ini adalah sektor barang konsumen dan perbankan," imbuhnya.

Pasalnya, menguatnya rupiah dan rendahnya suku bunga akan mendorong daya beli konsumen juga menekan cost of fund.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie