KONTAN.CO.ID - Alibaba, perusahaan e-commerce tersohor China mengalahkan perkiraan analis dengan kenaikan pendapatan kuartal keduanya yang mengesankan. Diilansir dari Reuters pada Jumat (18/8), pendapatan Alibaba naik menjadi 50,1 miliar yuan atau US$ 7,51 miliar di kuartal II 2017. Pencapaian itu lebih tinggi dibandingkan dengan perkiraan rata-rata analis sebesar 47,7 miliar yuan. Dalam bisnis cloud, pendapatan tumbuh sebesar 96% menjadi 2,4 miliar yuan. Pelanggan cloud berbayar menembus angka 1 juta untuk pertama kalinya, naik dari 577.000 di tahun sebelumnya. Bisnis cloud Alibaba mendorong pusat data global menjadi 17 pada kuartal pertama. Dengan penambahan dua pusat di India dan Indonesia. Pendapatan di bisnis hiburan naik 30% menjadi 4 miliar yuan. Laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemegang saham perusahaan hampir dua kali lipat menjadi US$ 2,17 miliar atau 83 sen per saham. Saham perusahaan e-commerce China, termasuk Alibaba.com dan JD.com Inc telah mengungguli pasar pada 2017, didukung oleh pertumbuhan pendapatan yang positif di sekitar peristiwa penjualan Juni dan ekspansi luar negeri sebesar 56% didorong oleh penjualan online yang kuat. Chief Executive Daniel Zhang juga mengkonfirmasi bahwa perusahaan tengah berinvestasi senilai US$ 1,1 miliar di toko ritel Asia Tenggara Tokopedia, guna menambah perluasan jaringan aset di wilayah tersebut. Pada bulan Juni, Alibaba menginvestasikan US$ 1 miliar lagi pada platform e-commerce berbasis di Singapura, Lazada Group. Ini juga menargetkan pedagang baru di Rusia dan Amerika Serikat sebagai bagian dari rencana yang lebih luas untuk meningkatkan pendapatan dan menarik pelanggan baru di luar China. Kabar yang beredar, Alibaba, tertarik mnginvestasikan modal ke toko konvensional. Analis mengatakan ada rencana injeksi dana US$ 2,6 miliar ke dalam rantai department store Intime Retail Group Co Ltd. "Setidaknya untuk saat ini kami tidak melihat adanya integrasi penuh antara offline dan online (teknologi) dan itu adalah masalah," kata analis senior Pacific Epoch Steven Zhu. "Jika Anda tidak memiliki integrasi penuh maka ritel baru tetap merupakan konsep ketimbang kenyataan."
Pendapatan Alibaba kalahkan ekspektasi analis
KONTAN.CO.ID - Alibaba, perusahaan e-commerce tersohor China mengalahkan perkiraan analis dengan kenaikan pendapatan kuartal keduanya yang mengesankan. Diilansir dari Reuters pada Jumat (18/8), pendapatan Alibaba naik menjadi 50,1 miliar yuan atau US$ 7,51 miliar di kuartal II 2017. Pencapaian itu lebih tinggi dibandingkan dengan perkiraan rata-rata analis sebesar 47,7 miliar yuan. Dalam bisnis cloud, pendapatan tumbuh sebesar 96% menjadi 2,4 miliar yuan. Pelanggan cloud berbayar menembus angka 1 juta untuk pertama kalinya, naik dari 577.000 di tahun sebelumnya. Bisnis cloud Alibaba mendorong pusat data global menjadi 17 pada kuartal pertama. Dengan penambahan dua pusat di India dan Indonesia. Pendapatan di bisnis hiburan naik 30% menjadi 4 miliar yuan. Laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemegang saham perusahaan hampir dua kali lipat menjadi US$ 2,17 miliar atau 83 sen per saham. Saham perusahaan e-commerce China, termasuk Alibaba.com dan JD.com Inc telah mengungguli pasar pada 2017, didukung oleh pertumbuhan pendapatan yang positif di sekitar peristiwa penjualan Juni dan ekspansi luar negeri sebesar 56% didorong oleh penjualan online yang kuat. Chief Executive Daniel Zhang juga mengkonfirmasi bahwa perusahaan tengah berinvestasi senilai US$ 1,1 miliar di toko ritel Asia Tenggara Tokopedia, guna menambah perluasan jaringan aset di wilayah tersebut. Pada bulan Juni, Alibaba menginvestasikan US$ 1 miliar lagi pada platform e-commerce berbasis di Singapura, Lazada Group. Ini juga menargetkan pedagang baru di Rusia dan Amerika Serikat sebagai bagian dari rencana yang lebih luas untuk meningkatkan pendapatan dan menarik pelanggan baru di luar China. Kabar yang beredar, Alibaba, tertarik mnginvestasikan modal ke toko konvensional. Analis mengatakan ada rencana injeksi dana US$ 2,6 miliar ke dalam rantai department store Intime Retail Group Co Ltd. "Setidaknya untuk saat ini kami tidak melihat adanya integrasi penuh antara offline dan online (teknologi) dan itu adalah masalah," kata analis senior Pacific Epoch Steven Zhu. "Jika Anda tidak memiliki integrasi penuh maka ritel baru tetap merupakan konsep ketimbang kenyataan."