Pendapatan BRAU turun 3,18% jadi US$ 683,65 juta



JAKARTA. Harga jual batubara yang rendah tetap menjadi batu sandungan PT Berau Coal Energy Tbk (BRAU). BRAU membukukan pendapatan US$ 683,65 juta,  turun 3% dibandingkan semester I tahun lalu yang tercatat US$ 706,1 juta.

Perolehan pendapatan tersebut dihitung berdasarkan volume penjualan dan harga jual batubara yang diperoleh BRAU sepanjang semester I 2014.

Berdasarkan keterangan di situs resmi Asia Resources Minerals Plc (ARMS), induk usaha BRAU, Kamis (28/6), BRAU telah berhasil memproduksi batubara sebanyak 12,1 juta ton atau naik 5% dibandingkan periode sama 2013 yang 11,5 juta ton.


Pertumbuhan volume penjualan ditopang oleh performa produksi batubara BRAU yang juga meningkat 5% year-on-year (yoy) menjadi 12,1 juta ton per 30 Juni 2014. "Kenaikan produksi di semester I lalu sesuai dengan target tahun ini yang ditetapkan 24,2 juta ton," tulis Amir Sambodo, Chief Executive Officer ARMS dan BRAU, Kamis (28/8).

Sayangnya, pertumbuhan volume itu tak diikuti dengan perbaikan dari sisi harga jual batubara. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memang telah memberikan tambahan kuota produksi kepada BRAU sebanyak 1,85 juta ton menjadi 24,2 juta ton.

Sebelumnya, BRAU memang sempat tidak puas dengan keputusan Kementerian ESDM yang hanya memberikan kuota produksi 2014 sebanyak 22,35 juta ton. Padahal, realisasi produksi batubara di tahun lalu tercatat 23,5 juta ton.

Sayangnya, kenaikan volume penjualan itu tidak diikuti dengan perbaikan dari sisi harga jual batubara. Di semester I 2014, harga jual rata-rata FOB batubara BRAU malah turun 8% menjadi US$ 56,2 per ton dibandingkan periode sama tahun lalu yang US$ 61,4.

Dengan mengacu pada volume dan harga jual tersebut, BRAU memperoleh pendapatan senilai US$ 683,65 juta di paruh pertama tahun ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie