Pendapatan Bunga Bank Mulai Tergerus



JAKARTA. Kenaikan bunga acuan atau (BI rate) selama empat bulan berturut-turut rupanya makin menipiskan keuntungan perbankan.  Maklum saja, bank kudu mendongkrak bunga simpanan nasabah agar dana-dana itu tak kabur ke bank  yang menawarkan bunga lebih mekar.

Tak hanya sebatas itu saja, bank  juga semakin kreatif mencari pendapatan lain di luar bunga kredit atawa fee base income.  Tujuannya sudah  pasti untuk mendongkrak penghasilan.Lihat saja  PT Bank Mandiri Tbk. Bank BUMN ini memilih memperbanyak kerjasama dengan perusahaan dan sekolah dalam layananan keuangan perusahaan atau cash management. Terbaru adalah jejalinan kerjasama Bank Mandiri dengan  Universitas Atma Jaya untuk mengelola transaksi keuangannya.

Yang juga dilakukan oleh bank BUMN ini adalah menata ulang aset-aset berupa surat berharga  yang ada di brankas-nya.  "Sejauh ini kenaikan biaya dana dapat diimbangi dengan perbaikan yield asset," tutur Pahala N. Mansyuri, Direktur Keuangan Bank Mandiri. Dengan cara ini, Bank Mandiri yakin kalau pendapatan bunganya tak akan tergerus.


Terlebih, Bank Mandiri mengaku rajin mencari instrumen yang menghasilkan  imbal hasil atau yield besar atas kelebihan dana yang dimilikinya. Antara lain dengan menempatkan ke  Sertifikat Bank Indonesia (SBI), Surat Utang Negara (SUN) dan juga obligasi perusahaan.

Cuma Naikkan Bunga Deposito dan Efesien

Berbeda dengan Bank Mandiri,  PT BCA Tbk punya cara lainnya untuk mempertahankan pendapatannya. BCA  memilih hanya menaikkan bunga untuk dana mahal atau deposito saja. "Sedangkan dana murah yaitu giro dan tabungan hingga kini  belum kami naikkan bunganya,"  ujar Wakil Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmaja, Senin (25/8).

Cara ini terbilang ampuh untuk mengerem biaya dananya. Sebab,  75% dana masyarakat yang tersimpan di BCA adalah dana murah dengan bunga rendah seperti tabungan dan giro. Dengan begitu, tak usah heran bila pendapatan bunga bersih atawa net interest income (NIM) di BCA selama empat bulan terakhir ini malah meningkat dari 5,8% menjadi 6%.

Sementara itu,  bank yang selama ini terkenal sebagai bank yang punya NIM terbesar yaitu PT Bank Rakyat Indonesia memilih cara lain lagi untuk mempertahankan pendapatan.Mereka memilih untuk melakukan efisiensi ke dalam perusahaan. "Caranya dengan menekan biaya operasional dan melakukan penghematan energi," ungkap Direktur Utama BRI Sofyan Basir.

Sofyan mengakui bahwa NIM BRI belakangan ini agak tergerus. Kalau pada Juni 2008 masih sekitar 10% maka pada bulan Agustus berkurang sedikit. Pasalnya, BRI  sudah menaikkan bunga dananya tapi belum menaikkan bunga kredit. Alhasil, NIM BRI hanya sedikit mengalami guntingan. Tapi, Sofyan belum bisa menyebut berapa perkiraan penurunan penghasilan bunga hingga akhir tahun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Test Test