Pendapatan emiten barang konsumsi yang masuk sektor defensif turun, ini prospeknya



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Di tengah pandemi Covid-19, ada sejumlah sektor bisnis yang disebut-sebut defensif atau tahan terhadap krisis. Salah satunya adalah sektor barang konsumsi, khususnya yang bergerak di bisnis fast moving consumer goods (FMCG).

Meskipun begitu, merujuk laporan keuangan per kuartal III-2020, sejumlah emiten yang bergerak di sektor ini mencatatkan perlambatan kinerja. Produsen beras PT Buyung Poetra Sembada Tbk (HOKI) misalnya, pendapatannya merosot 23,6% year on year (yoy) menjadi Rp 936,57 miliar.

Kemudian, pendapatan PT Kino Indonesia Tbk (KINO) turun 10,7% yoy menjadi Rp 3,11 triliun, PT Nippon Indosari Corpindo Tbk (ROTI) terkoreksi 0,9% ke Rp 2,44 triliun, dan PT Mayora Indah Tbk (MYOR) lebih rendah 2,1% yoy menjadi Rp 17,58 triliun. Sementara PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) hanya tumbuh 0,3% yoy menjadi Rp 32,46 triliun.


Dari segi bottom line, laba bersih HOKI anjlok 62,5% yoy menjadi Rp 28,59 miliar. Lalu, laba bersih KINO -63,8% yoy ke Rp 161,7 miliar, ROTI -39,9% menjadi Rp 127,19 miliar, dan UNVR -1,3% menjadi Rp 5,44 triliun. Sebaliknya, laba bersih MYOR meningkat 42% yoy menjadi Rp 1,56 triliun.

Baca Juga: Ekonom ini memprediksi ekonomi kuartal III-2020 minus 3,13%, membaik dari kuartal II

Analis Pilarmas Investindo Sekuritas Okie Ardiastama mengatakan, penurunan kinerja yang terjadi pada emiten FMCG dipicu oleh daya beli masyarakat yang melemah sepanjang tahun ini. Menurut dia, emiten yang dapat menahan penurunan kinerja adalah yang memiliki diversifikasi produk yang luas serta menjalankan strategi yang tepat sehingga bisa bertahan dari dampak pandemi.

Okie menilai, penurunan kinerja ini masih akan berlanjut hingga kuartal IV-2020. "Saat ini masyarakat lebih antisipasi terhadap pengeluaran keseharian mereka. Hal ini terlihat dari consumer spending yang mengalami tren penurunan signifikan sejak awal tahun 2020," tutur Okie saat dihubungi Kontan.co.id, Rabu (4/11).

Meskipun begitu, ia melihat, kinerja industri barang konsumsi sudah cukup membaik pada kuartal III ini seiring dengan pelonggaran pembatasan sosial berskala besar (PSBB). Akan tetapi, perusahaan masih cukup berhati-hati untuk melakukan ekspansi.

Baca Juga: IHSG terjun 1,05% ke 5.105 di akhir perdagangan Rabu (4/11)

Untuk sepanjang tahun ini, Okie memproyeksikan pertumbuhan industri barang konsumsi bakal lebih lambat dibandingkan tahun 2019. "Membaiknya daya beli masyarakat diharapkan dapat menjadi trigger bagi pertumbuhan sektor consumer goods khususnya FMCG pada tahun depan," kata dia.

Oleh karena itu, dia menilai saat ini merupakan waktu yang tepat untuk mengoleksi sejumlah sahamnya. Okie merekomendasikan investor untuk beli UNVR dengan target harga Rp 8.150 per saham dan MYOR Rp 2.450 per saham. Per perdagangan Rabu (4/11), saham UNVR berada di level Rp 7.800 per saham dan MYOR Rp 2.330.

Menurut Okie, perlambatan pada penjualan masih akan berdampak pada UNVR dan MYOR hingga akhir tahun. Akan tetapi, ia melihat adanya peluang pertumbuhan pada laba bersih perusahaan seiring langkah efisiensi yang dinilai dapat berdampak pada kinerja perusahaan sepanjang 2020.

Baca Juga: Penjualan Unilever Indonesia (UNVR) naik tipis, simak rekomendasi sahamnya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati