Pendapatan emiten taksi semakin terkikis



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Persaingan bisnis taksi semakin ketat, terutama setelah adanya aplikasi transportasi daring. Tak pelak, kinerja emiten di bisnis taksi masih sulit tumbuh.

Hingga kuartal III-2017 ini, PT Blue Bird Tbk (BIRD) dan PT Express Transindo Utama Tbk (TAXI) masih belum mampu mencetak kinerja positif. Bisnis taksi BIRD, misalnya, harus turun 15,54% year on year (yoy) menjadi Rp 2,59 triliun. Hal ini membuat pendapatan BIRD merosot 14,1% yoy menjadi Rp 3,13 triliun. Dus, laba bersih perusahaan turun 16,28% menjadi Rp 302,12 miliar.

Jika BIRD masih mampu membukukan laba, beda halnya dengan TAXI. Kerugian anak usaha Grup Rajawali ini justru melonjak hingga 157,41% menjadi Rp 210,57 miliar. Pendapatan TAXI juga anjlok 54,81% menjadi Rp 231,62 miliar karena turunnya pendapatan dari bisnis taksi.


Kepala Riset Koneksi Kapital Alfred Nainggolan mengatakan, kehadiran transportasi daring membuat bisnis taksi konvensional tertekan cukup besar. Pangsa pasar taksi konvensional pun semakin tergerus.

Apalagi, perusahaan taksi sangat menggantungkan utilisasi armada demi membayar pinjaman yang digunakan untuk membeli kendaraan. "Alhasil, beban keuangan jadi semakin besar lantaran tak bisa mengembalikan pinjaman tersebut," kata Alfred, Rabu (8/11).

Mau tidak mau, perusahaan taksi konvensional harus memutar cara dan mengikuti perkembangan zaman. Kedua emiten ini sudah berupaya berkolaborasi dengan penyedia transportasi daring seperti Gojek dan Uber. Meski dampak kerjasama ini belum terlalu besar terhadap kinerja keuangan perusahaan, setidaknya inovasi tersebut bakal mengurangi dampak kerugian BIRD dan TAXI.

Alfred masih yakin, emiten taksi bisa memperbaiki kinerja dalam jangka panjang. Apalagi, gugurnya perusahaan-perusahaan taksi yang lebih kecil diprediksi mampu mendongkrak kinerja emiten ini. "Akibatnya, kue mereka jadi lebih banyak, sehingga mampu mendorong kinerja emiten taksi konvensional," papar dia.

Alfred menilai, bisnis taksi konvensional ini masih punya prospek jangka panjang. Tapi, melihat kinerjanya, BIRD cenderung lebih mampu bertahan terhadap tekanan dibandingkan TAXI.

Hal ini tercermin dari jumlah beban keuangan yang ditanggung kedua perusahaan itu. "Jumlah beban TAXI lebih tinggi ketimbang BIRD. Sehingga nampaknya BIRD lebih mampu bertahan di tengah kehadiran transportasi online ini," analisa Alfred.

Pada perdagangan kemarin, saham BIRD ditutup turun 0,46% di level Rp 4.370 per saham. Sementara itu, saham TAXI stagnan di level Rp 60 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati