KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Salah satu raksasa
fast moving consumer goods di Indonesia, PT Unilever Indonesia Tbk (
UNVR, anggota indeks
Kompas100) mencatatkan pertumbuhan pendapatan tipis sebesar 1,2% di semester I 2019. Direktur UNVR Sancoyo Antarikso mengatakan, pertumbuhan pendapatan UNVR di semester satu 2019 itu tidak bisa disejajarkan dengan tahun lalu. “Tahun lalu lini bisnis
spread kami dengan brand Blue Band masih jalan. Jadi perbandingannya harus seimbang dengan mengeluarkan perhitungan pendapatan bisnis kami di lini itu,” kata Sancoyo kepada Kontan.co.id, Kamis (25/7). Sebagaimana diketahui, UNVR melepas lini bisnis
spread-nya di kuartal ketiga tahun 2018 lalu.
Baca Juga: Waduh, pendapatan Unilever (UNVR) hanya tumbuh 1,2% pada semester I-2019 Pada semester satu tahun ini, pendapatan UNVR mencapai Rp 21,45 triliun. Angka itu masih lebih baik dari pendapatan di semester satu tahun lalu yang sebesar Rp 21,18 triliun. Penjualan dalam negeri masih menjadi kontributor utama dengan nilai Rp 20,5 triliun. Sedangkan sisanya disumbangkan oleh pasar luar negeri. Sancoyo mengatakan, tanpa memerhitungkan penjualan segmen
spreads, UNVR mencatatkan pertumbuhan penjualan domestik sebesar 8,4% pada kuartal dua tahun ini. “Sedangkan untuk periode enam bulan, kami mencatatkan pertumbuhan 6,6% dibanding tahun lalu,” tutur Sancoyo.
Baca Juga: Unilever Indonesia (UNVR) meluncurkan Love Beauty and Planet Sancoyo mengatakan, dengan mengabaikan segmen
spreads, UNVR mengandalkan segmen
home and personal care di paruh pertama tahun ini. Ia mengatakan pertumbuhan pendapatan UNVR didorong melalui peluncuran beberapa produk baru seperti Vixal, Sunlight Jeruk Nipis, Sunlight, Higienis Plus, POND’S Instabright Glow Up, Citra Sheet Mask. Sedangkan pada segmen
food and refreshment, UNVR juga meluncurkan beberapa produk baru. Produk-produk tersebut diantaranya mayonais merk ternama Hellmann’s, varian baru es krim Walls Arabian Delight, Sariwangi Milk Tea dan Bango Bumbu Kuliner Indonesia.
Baca Juga: Ada 10 saham yang masuk indeks KOMPAS100, simak daftar kompletnya Selain terus meluncurkan beberapa produk baru, UNVR juga disebutnya melakukan strategi efisiensi. Hal itu tercermin dari beberapa pos beban perusahaan yang mengalami penurunan. Beban penjualan UNVR misalnya turun dari Rp 4,02 triliun menjadi Rp 3,94 triliun. Beban keuangan perusahaan juga turun signifikan menjadi Rp 74,89 miliar. Angka itu lebih kecil dari beban keuangan semester satu tahun lalu yang sebesar Rp 120,7 miliar. Menurutnya, efisiensi bertujuan untuk meningkatkan nilai investasi bagi para pemegang saham. Dengan perolehan tersebuut, dividen per saham pada kuartal dua tahun ini meningkat dari Rp 229 menjadi Rp 255. “Peningkatannya sekitar 11,4%,” tutur Sancoyo.
Baca Juga: Ada evaluasi mayor, ini saham-saham penghuni IDX80 hingga Januari 2020 Di satu sisi, hingga semester pertama tahun ini UNVR telah menyerap hampir separuh dari
capital expenditure yang dialokasikan tahun ini. Sebagai informasi, tahun ini UNVR mengalokasikan capex sebesar Rp 1,1 triliun. “Kami sudah pakai sekitar Rp 640 miliar. Sebagian besar untuk menambah kapasitas pabrik kami,” ungkapnya. Sancoyo mengatakan masih banyak pekerjaan rumah yang harus digenapi oleh UNVR pada sisa tahun ini. Ia mengatakan raihan di semester satu ini masih sesuai dengan rencana bisnis UNVR meski ia tidak membeberkan guideline bisnis UNVR tahun ini. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Khomarul Hidayat