Pendapatan Indosat Ooredoo (ISAT) naik 6,9% pada 2020, berikut pendorongnya



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sepanjang tahun 2020, PT Indosat Tbk (ISAT) atau Indosat Ooredoo membukukan kenaikan pendapatan sebesar 6,9% menjadi Rp 27,93 triliun dari Rp 26,12 triliun pada 2019. Kenaikan pendapatan ini didorong oleh pendapatan seluler yang tumbuh 11,6% secara year on year (yoy), dari Rp 20,67 triliun menjadi Rp 23,08 triliun. 

Segmen bisnis seluler merupakan kontributor terbesar pendapatan Indosat dengan porsi 82,7%. Sementara itu, pendapatan bisnis MIDI (Multimedia, Komunikasi Data, Internet) dan telekomunikasi tetap yang menyumbang 17,3% total pendapatan Indosat justru turun 10,4% yoy dan 15,4% yoy.

Berdasarkan Investor Memo Indosat yang dirilis Jumat (19/2), kenaikan pendapatan ini dicapai berkat perbaikan jaringan yang terus menerus dilakukan serta perluasan permintaan pelanggan. "Kami juga berhasil meningkatkan pengalaman video sebesar 55,8% yoy dan kecepatan 4G hingga dua kali lipat, serta meningkatkan kecepatan unggah sebesar 88,4% yoy," tutur manajemen Indosat,


Hal itu memang terbukti dari trafik data Indosat yang melesat 52,8% yoy menjadi 4,91 juta TB dan jumlah pelanggan yang  naik 1,7% yoy menjadi 60,3 juta (sebelumnya 59,3 juta). Sejalan dengan itu, rata-rata pendapatan bulanan per pengguna (ARPU) seluler campuran Indosat meningkat 14,3% yoy, dari Rp 27.900 menjadi Rp 31.900.

Baca Juga: Indosat (ISAT) jajaki penjualan 4.000 menara

Di sisi lain, dari segi bottom line, Indosat mencatatkan rugi bersih Rp 716,7 miliar sepanjang 2020. Ini berkebalikan dengan tahun 2019 ketika Indosat membukukan laba bersih hingga Rp 1,57 triliun. 

Merujuk Investor Memo Indosat, rugi bersih ini disebabkan oleh adanya kenaikan sejumlah beban. Sebut saja beban penyusutan dan amortisasi yang naik 4,6% yoy dan beban karyawan yang meningkat 33,3% yoy.

Kenaikan beban penyusutan dan amortisasi merupakan imbas depresiasi penambahan aset tetap akibat perluasan jaringan, sementara peningkatan beban karyawan merupakan dampak bersih penyesuaian organisasi serta adanya jurnal pembalikan biaya tertentu di tahun 2019.

Selain itu, Indosat juga mencatatkan kenaikan beban biaya sebesar 13,5% yoy karena sejumlah hal. Mulai dari kenaikan rugi selisih kurs, peningkatan biaya keuangan terutama dari liabilitas sewa, dan peningkatan kerugian nilai wajar derivatif.

Baca Juga: Indosat (ISAT) cetak kenaikan pendapatan di 2020, ini rekomendasi dari BRIDanareksa

Adapun total aset Indosat sepanjang 2020 hany naik tipis 0,1% yoy menjadi Rp 62,78 triliun. Ini sejalan dengan  liabilitas yang tumbuh 1,5% yoy menjadi Rp 49,87 triliun dan ekuitas yang turun 5,8% yoy menjadi Rp 12,91 triliun.

Untuk ke depannya, Indosat yakin, momen pertumbuhan akan berlanjut pada 2021. "Namun, dengan tetap mempertimbangkan ketidakpastian pemulihan ekonomi dari Covid-19, dengan penuh kehati-hatian kami optimistis memberikan arahan pertumbuhan pendapatan sesuai dengan pertumbuhan pasar," ucap manajemen Indosat. 

Indosat juga akan tetap berekspansi dengan mengalokasikan belanja modal di kisaran Rp 8 triliun untuk 2021. Jumlah lebih rendah 8,5% dibanding realisasi pengeluaran belanja modal tahun 2020 yang sebesar Rp 8,68 triliun. Pada tahun lalu, sekitar 89,6% belanja modal dialokasikan untuk bisnis selular dan sisanya digunakan sebagai modal untuk MIDI, infrastuktur, dan IT.

Baca Juga: Indosat Ooredoo gandeng Snap, percepat adaptasi augmented reality di Indonesia

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati