KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Industri perfilman Indonesia terus menunjukkan arah perkembangan yang positif terlepas dari berbagai tantangan yang ada. Bisnis perfilman pun memiliki potensi cuan yang menjanjikan jika ekosistemnya mampu dikelola dengan baik. Berdasarkan laporan PWC dan LPEM Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, total pendapatan industri layar (film, animasi, dan video) diprediksi tumbuh dari Rp 90,9 triliun pada 2022 menjadi Rp 109,6 triliun pada 2027 mendatang. Riset ini juga menyebut, setiap peningkatan pendapatan industri layar sebesar Rp 1 triliun dapat menghasilkan dampak senilai Rp 1,43 triliun dalam bentuk output ekonomi, kontribusi terhadap produk domestik bruto (PDB) Rp 892 miliar, dan penciptaan 4.300 lapangan pekerjaan baru. Saat ini, proporsi dampak layar industri layar terhadap PDB nasional hanya 0,41%, lebih rendah ketimbang Brasil dan Thailand yang sudah menyentuh level 0,61%. Hal ini dipengaruhi oleh kurang matangnya pelaku industri perfilman dalam menggali potensi pasar hingga kekurangan bioskop di daerah pelosok Tanah Air.
Pendapatan Industri Perfilman Nasional Diprediksi Tembus Rp 110 Triliun
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Industri perfilman Indonesia terus menunjukkan arah perkembangan yang positif terlepas dari berbagai tantangan yang ada. Bisnis perfilman pun memiliki potensi cuan yang menjanjikan jika ekosistemnya mampu dikelola dengan baik. Berdasarkan laporan PWC dan LPEM Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, total pendapatan industri layar (film, animasi, dan video) diprediksi tumbuh dari Rp 90,9 triliun pada 2022 menjadi Rp 109,6 triliun pada 2027 mendatang. Riset ini juga menyebut, setiap peningkatan pendapatan industri layar sebesar Rp 1 triliun dapat menghasilkan dampak senilai Rp 1,43 triliun dalam bentuk output ekonomi, kontribusi terhadap produk domestik bruto (PDB) Rp 892 miliar, dan penciptaan 4.300 lapangan pekerjaan baru. Saat ini, proporsi dampak layar industri layar terhadap PDB nasional hanya 0,41%, lebih rendah ketimbang Brasil dan Thailand yang sudah menyentuh level 0,61%. Hal ini dipengaruhi oleh kurang matangnya pelaku industri perfilman dalam menggali potensi pasar hingga kekurangan bioskop di daerah pelosok Tanah Air.