Pendapatan tol Jasa Marga (JSMR) tumbuh 7,6%



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Jasa Marga (Persero) Tbk (JSMR) mengalami penurunan pendapatan di semester I-2019. Dalam laporan keuangan yang dikutip Kontan.co.id JSMR mencatatkan pendapatan turun 26% menjadi Rp 13,83 triliun pada semester I-2019. Sebagai perbandingan di semester I-2018, JSMR berhasil membukukan pendapatan sebesar Rp 18,66 triliun.

Namun, Sekretaris Perusahaan PT Jasa Marga (Persero) Tbk Agus Setiawan mengatakan penurunan pendapatan itu didorong oleh penurunan pendapatan konstruksi. Agus menjalaskan, pendapatan konstruksi merupakan perlakuan akuntansi dimana tidak terdapat cash pada pendapatan tersebut.

“Sehingga tidak mencerminkan kinerja keuangan kami. Ada baiknya pendapatan dilihat dari akun pendapatan tol dan usaha lainnya. Pendapatan konstruksi ini akan tinggi seiring dengan aktivitas konstruksi yang dilakukan perusahaan,” kata Agus kepada Kontan.co.id, Selasa (23/7).

Pendapatan konstruksi menjadi sumber pendapatan terbesar dengan angka sebesar Rp 8,67 triliun. Sedangkan pendapatan tol dan usaha lainnya menyumbang sisanya yakni sebesar Rp 5,15 triliun.

Proporsi itu masih sama dengan pendapatan di semester I-2018, dimana pendapatan konstruksi menyumbang sebesar Rp 13,87 triliun. Sedangkan pendapatan tol dan usaha lainnya menyumbang sebesar Rp 4,78 triliun. Atas raihan tersebut, Agus menilai realisasi di semester I-2019 masih sesuai dengan target dan rencana perusahaan sepanjang tahun ini.

Meski pendapatan JSMR tertekan, namun efisiensi cukup menolong perusahaan sehingga masih bisa mencatatkan laba. Tercatat, laba tahun berjalan yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk alias laba bersih JSMR sebesar Rp 1,05 triliun. Angka itu naik tipis dari perolehan laba semester I-2018 yang sebesar Rp 1,04 triliun.

Bila ditelisik lebih lanjut, perolehan laba JSMR itu didorong oleh efisiensi yang dilakukan oleh perusahaan. Tercatat, JSMR berhasil menekan beban hingga 32%. Pada laporan keuangan tersebut, JSMR, anggota indeks Kompas100 ini, berhasil menekan total beban hanya menjadi RP 10,73 triliun. Sedangkan beban di tahun paruh pertama tahun lalu mencapai Rp 15,77 triliun.

Strategi semester II

Dengan raihan tersebut, Agus menyebut JSMR masih akan fokus merealisasikan beberapa strategi seperti efisiensi beban usaha. “Kami juga masih rebalancing capital structure melalui aksi korporasi untuk mendapatkan biaya keuangan yang kompetitif,” tandas Agus.

Pada sisa tahun 2019 JSMR masih akan fokus mengerjakan beberapa konstruksi ruas jalan tol. Konstruksi JORR II (Kunciran-Serpong, Kunciran-Cengkareng dan Cinere-Serpong), Japek II Elevated, Pandaan-Malang, Balikpapan-Samarinda dan Manado-Bitung masih menjadi fokus JSMR agar semuanya selesai tepat waktu.

Nilai dari proyek-proyek tersebut pun bervariatif. Tak menyebutkan secara rinci, Agus hanya menyebut biaya investasi ruas tersebut berkisar antara Rp 100 miliar-200 miliar per km untuk jalan tol non-elevated. “Sedangkan untuk jalan tol elevated bisa mencapai dua kali lipatnya,” tandas Agus.

Agus tak khawatir mengenai pendanaan JSMR di sisa tahun ini. Ia mengatakan JSMR terus melakuan evaluasi kebutuhan pendanaan, termasuk penerbitan obligasi.

Sebagaimana diketahui, beberapa waktu lalu JSMR baru saja menerbitkan sukuk senilai Rp 785 miliar. “Kebutuhan penerbitan alternatif pendanaan disesuaikan dengan kondisi pasar dan kebutuhan kami,” ujarnya.

Selain itu JSMR masih cukup leluasa untuk menarik pinjaman bank. Selain itu, pihaknya juga sudah menempuh alternatif pendanaan lain dengan cara sekuritisasi aset untuk ruas tol Jakarta-Bogor-Ciawi (Jagorawi).

Agus juga mengatakan, pihaknya masih berharap dengan pendapatan-pendapatan yang dituai dari beroperasinya ruas tol JSMR. Hingga saat ini JSMR disebutnya telah mengoperasikan 41 km jalan tol baru di 2019. Ruas tol tersebut adalah Jalan Tol Medan-Kualanamu Seksi 7 dan Pandaan-Malang Seksi 1-3 serta Gempol-Pandaan (akses ke Pandaan-Malang).

Hal itu belum menghitung ruas-ruas tol yang berpotensi beroperasi pada tahun ini. JSMR memroyeksikan, setidaknya ada empat ruas tol yang direncanakan selesai konstruksinya. Ruas itu adalah jalan tol Jakarta-Cikampek II Elevated, Pandaan-Malang seksi 4-5, Kunciran-Serpong dan Balikpapan-Samarinda.

Dengan pencapaian kinerja semester I-2019, Analis Binaartha Sekuritas Nafan Aji menyebut prospek saham JSMR masih menunjukkan tren kenaikan.

Menurutnya pendapatan JSMR yang tertekan diakibatkan situasi dan kondisi jalan tol yang masih dibangun. “Wajar apabila masyarakat menimbang menggunakan tol karena bisa jadi malah lebih lama,” ujar Nafan, Senin (23/7).

Penurunan penjualan kendaraan roda empat juga dilihat Nafan berkontribusi terhadap penurunan pendapatan itu. “Sudah volumenya kendaraan yang lewat semakin kecil, beberapa ruas juga mengalami kenaikan harga. Bukan tidak mungkin masyarakat menjadi berpikir ulang untuk lewat tol,” tandas Nafan.

Nafan juga menyebut untuk memastikan kinerja tetap oke hingga akhir tahun, JSMR perlu memerhatikan beberapa hal. Salah satunya adalah ketepatan waktu dalam penyelesaian proyek sehingga arus keuangan perusahaan tidak akan terganggu.

Selain itu, JSMR juga mesti memperhatikan rasio keuangan mereka cukup ketat. “Karena kalau dilihat debt equity ratio JSMR ini cukup besar yakni sekitar 3x,” ungkap Nafan.

Meski secara fundamental agak tertekan, namun Nafan yakin bahwa secara teknikal, saham JSMR masih menarik. “Bisa akumulasi beli dengan target harga Rp 6.450,” tutupnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi