KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pendapatan para emiten menara telekomunikasi selama tahun 2023 bertumbuh. Namun bottom line emiten menara telekomunikasi itu masih tertekan. Seperti emiten menara milik Grup Djarum, PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR) yang mencetak pendapatan sebesar Rp 11,74 triliun di 2023. Pendapatan ini naik 6,39% secara tahunan atau Year on Year (YoY) dari Rp 11,03 triliun. Namun laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk alias laba bersih TOWR mencapai Rp 3,25 triliun pada 2023. Laba ini terkoreksi 5,49% YoY dari Rp 3,44 triliun di 2022.
Setali tiga uang, pendapatan PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) juga tumbuh 1,78% secara tahunan menjadi Rp 6,64 triliun di 2023 dari tahun 2022 sebesar Rp 6,52 triliun. Dari sisi bottom line, laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk atau laba bersih TBIG mencapai Rp 1,56 triliun atau terkoreksi 4,72% secara tahunan dari Rp 1,63 triliun.
Baca Juga: Laba Bersih Tower Bersama (TBIG) Turun 4,72% pada 2023 Berbeda, pendapatan dan laba bersih PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL) alias Mitratel kompak tumbuh pada 2023. MTEL membukukan laba tahun berjalan sebesar Rp 2,01 triliun atau tumbuh 12,61% YoY. Laba ini ditopang pendapatan yang mencapai Rp 8,59 triliun atau tumbuh 11,19% YoY. Adapun sepanjang 2022, Mitratel mencatat pendapatan sebesar Rp 7,72 triliun. Direktur Utama Mitratel Theodorus Ardi Hartoko mengatakan, pencapaian tersebut, tidak lepas dari ekspansi Mitratel dalam menambah portofolio aset, terutama di luar Jawa. Hingga tutup 2023, anak usaha PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) ini mempunyai 38.015 menara. Sebanyak 22.237 menara, atau 58% dari total itu berada di luar Pulau Jawa. Strategi tersebut sejalan dengan rencana bisnis operator seluler tengah menggelar ekspansi keluar Jawa, baik untuk memperluas coverage, pangsa pasar hingga meningkatkan kualitas koneksi internet di rural area. “Permintaan untuk sewa menara, fiber optic dan layanan penunjang lainnya bakal meningkat sejalan dengan rencana ekspansi, terutama ke wilayah sentra pertumbuhan ekonomi baru di masa mendatang,” kata Theodorus belum lama ini. Rekomendasi Saham CEO Edvisor Profina Visindo Praska Putrantyo mencermati kinerja para emiten menara telekomunikasi ini masih akan dibayangi oleh potensi penurunan sukubunga, ketimbang pelemahan nilai tukar rupiah. "Untuk prospek di sektor menara ini masih dipengaruhi oleh permintaan infrastruktur dalam negeri. Namun yang masih menjadi pekerjaan rumah bagi para emiten bisa membayar utang," kata Praska kepada Kontan, Rabu (17/4). Memang kalau dicermati para emiten menara telekomunikasi ini memiliki utang yang tak kecil. Maklum, untuk menggelar ekspansi berupa penambahan aset para emiten perlu modal yang besar. Sebagai gambaran, total liabilitas Mitratel terpantau naik 3,18% secara tahunan menjadi Rp 22,97 triliun per 31 Desember 2023. Jumlah liabilitas TBIG juga naik 7,40% menjadi Rp 34,60 triliun.
Baca Juga: Meski Rajin Ekspansi, Laba Bersih TOWR Tahun 2023 Turun 5,49% Tim Riset Kiwoom Sekuritas memprediksi potensi pertumbuhan sektor menara telekomunikasi di 2023 ini masih akan tetap positif. Salah satunya didukung oleh beberapa sentimen.
"Seperti kebutuhan infrastruktur telekomunikasi yang terus meningkat, permintaat sewa menara yang stabil, konsolidasi industri dan penurunan sukubunga," sebut Tim Riset Kiwoom kepada Kontan. Saham pilihan Kiwoom Sekuritas jatuh pada MTEL dan TOWR karena keduanya memiliki valuasi yang lebih menarik. Dalam hitungannya, Price Earning (PE) MTEL mencapai 26,39 kali dan Price Book Value (PBV) sebesar 1,56 kali. Sementara itu, TOWR memiliki PE sebesar 13,4 kali dengan PBV sebesar 2,65 kali. Sedangkan PE TBIG berada di level 27 kali dengan rasio PBV sebesar 2,62 kali. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Khomarul Hidayat