KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perusahaan otomotif PT Astra International Tbk (
ASII) membukukan pendapatan Rp 240,9 triliun pada kuartal III 2023 atau meningkat 8,8% dari periode sama 2022. Kenaikan pendapatan mendorong laba ASII naik 10,11% menjadi Rp 25,69 triliun hingga kuartal III 2023. Sebagai perbandingan, pada periode yang sama tahun lalu, ASII mencatatkan laba bersih Rp 23,33 triliun. Presiden Direktur Astra International (ASII), Djony Bunarto Tjondro mengatakan, kinerja sembilan bulan pertama ASII mengalami peningkatan di seluruh lini bisnis, kecuali UNTR.
Hal ini akibat dari penurunan harga acuan batubara dan agribisnis. Namun, kinerja ini menumbuhkan rasa optimistis bagi ASII bahwa pertumbuhan kinerja akan terus terjadi di tahun 2023 dan 2024.
Baca Juga: Kinerja Emiten Otomotif Masih Positif, Cermati Rekomendasi Saham ASII “Kami berharap kinerja di 9 bulan pertama 2023 bisa diteruskan hingga akhir 2023 dan 2024, meskipun situasi tengah tidak terlalu mendukung sampai dengan tiga bulan belakangan. Tapi, semoga bisa kita kelola dengan baik,” tuturnya. Analis NH Korindo Sekuritas Axell Ebenhaezer mengatakan, alasan utama naiknya pendapatan dan laba bersih ASII hingga kuartal III 2023 adalah sektor otomotif. Volume penjualan motor tercatat naik pesat 39% dan volume penjualan mobil naik 2%.
Di sisi lain, laba ASII dari penjualan komponen juga naik 58%. Sentimen utama yang mendorong naik bisnis otomotif ASII adalah
post-pandemic recovery yang terus berlanjut dan meningkatnya
consumer confidence di Indonesia. “Namun, investasi ASII di perusahaan lain, seperti GOTO dan HEAL, menyebabkan ada
unrealized loss sebesar Rp 300 miliar lebih. Jadi peningkatan kinerja bukan karena investasi itu,” ujarnya kepada Kontan, Selasa (14/11).
Baca Juga: Buka Peluang Ekspansi, Ini Strategi Investasi Astra International (ASII) pada 2024 Axell melihat, kinerja ASII ke depannya akan tetap sama. Sentimen utama kenaikan kinerja ASII adalah pemulihan ekonomi dan
consumer confidence. Untuk kuartal IV 2023 dan 2024, kinerja ASII diproyeksikan akan bertumbuh stabil. “Kecuali mungkin pada kuartal I 2024, karena ada Pemilu 2024, sehingga pertumbuhannya kemungkinan akan melambat sementara,” paparnya. Axell pun merekomendasikan buy untuk ASII dengan target harga Rp 7.000 per saham. Namun, saat ini, secara teknikal, ada kemungkinan harga merosot sementara ke Rp 5.400 - Rp 5.500 per saham.
“Dibandingkan metrik valuasi secara historikal, sekarang ASII sudah
undervalued. Jadi, pas untuk dibeli,” ungkapnya. Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana merekomendasikan
buy on weakness untuk ASII dengan level
support Rp 5.475 per saham dan
resistance Rp 5.825 per saham.
Baca Juga: Astra International (ASII) Sudah Serap Capex Rp 35 Triliun Hingga Kuartal III 2023 Penguatan yang terjadi pada ASII disertai dengan munculnya volume pembelian, namun volume yang muncul tidak sebesar volume periode sebelumnya. “Waspadai dari sisi indikator, dari MACD, di mana rawan terjadinya
deadcross di area negatif dan Stochastic berada di area
oversold,” paparnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Noverius Laoli