Pendapatan naik, laba Elnusa malah anjlok 90%



JAKARTA. PT Elnusa Tbk masih (ELSA) menghadapi tantangan bisnis yang cukup berat akibat harga minyak yang masih rendah. Maka, tidak heran jika laba bersih yang dapat diatribusikan kepada entitas induk pada akhir Juni 2017 turun sekitar 90% menjadi Rp 14 miliar jika dibandingkan Rp 145 miliar pada periode yang sama tahun lalu.

Padahal Elnusa masih bisa membukukan pertumbuhan pendapatan sebesar 16,4% menjadi Rp 1,99 triliun di Semester I 2017 jika dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Tapi kenaikan tersebut belum bisa mengimbangi beban pokok pendapatan yang naik 30%. 

Budi Rahardjo, Direktur Keuangan Elnusa menegaskan, selain akibat menurunnya jumlah proyek dari segmen hulu migas karena aktivitas jasa hulu migas nasional yang terdampak penurunan harga minyak dunia, kinerja Elnusa di tahun ini juga sebagian besar dipengaruhi oleh menurunnya kontribusi dari jasa hulu migas di tiga wilayah kerja (blok migas) yang merupakan kontributor utama Elnusa.


Selama ini Elnusa bekerja di tiga blok migas di wilayah Kalimantan Timur yang ketiganya dioperasikan oleh tiga kontraktor asing besar, antara lain Total EP Indonesie di Blok Mahakam. Seiring dengan berakhirnya masa kontrak pengelolalaan blok-blok tersebut, tentu aktivitas operasional blok juga menurun dan berimbas kepada kontraktor jasa migas utama di blok tersebut, termasuk Elnusa.

Namun, setelah masa pengelolaan tersebut berakhir tentu akan dikembalikan untuk dikelola Pertamina, perseroan berharap dapat meningkatkan kembali aktivitas blok dan operasi Elnusa ke depannya.

Faktor lain yang sangat mempengaruhi kinerja Elnusa pada paruh pertama tahun ini adalah adanya beberapa proyek besar di bisnis jasa seismik dan jasa drilling & oilfield yang baru berjalan pada semester kedua tahun ini. Sehingga diestimasikan hasil kerja proyek tersebut akan mendorong pertumbuhan tinggi kinerja Elnusa pada paruh kedua nanti.

Penurunan kinerja tersebut diatas berhasil diimbangi Elnusa melalui strategi pengembangan bisnis jasa non-asset based (operating game project), seperti operation & maintenance. Meskipun proyek jasa non-asset ini relatif memiliki marjin yang tidak terlalu tinggi dibanding proyek berbasis aset, namun pengembangan bisnis ini terbukti mampu membuat Elnusa tetap bertahan baik. Disamping itu, peningkatan kinerja pendapatan juga turut dikontribusikan oleh kinerja di bisnis jasa hilir migas.

Elnusa juga telah mencari upaya-upaya terobosan untuk dapat membalikkan keadaan. “Upaya pemulihan yang telah diambil perusahaan antara lain pengembangan bisnis baru untuk meningkatkan pendapatan serta tetap menjaga kinerja existing business melalui proyek yang sedang digarap maupun yang masih diperjuangkan melalui tender proyek baru, baik pada segmen jasa hulu migas maupun jasa hilir migas,” papar Budi.

Saat ini Elnusa telah mengantongi total kontrak senilai lebih dari Rp 4,5 triliun untuk jasa seismik, drilling dan oilfield, serta lebih dari Rp 2 triliun untuk jasa distribusi dan logistik (hilir) migas. Pengerjaan kontrak tersebut dilaksanakan pada tahun ini maupun tahun mendatang.

“Kepercayaan rekanan bisnis kami yang tetap menunjuk Elnusa untuk mengerjakan proyek-proyek eksplorasi dan produksi, membuktikan bahwa Elnusa memiliki kompetensi dan kapasitas yang dapat diandalkan dan juga sebagai bukti kontribusi kami mendukung program pemerintah dalam hal penemuan cadangan-cadangan migas baru demi ketahanan energi nasional pada masa datang,” imbuh Budi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sanny Cicilia