KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja bank besar tumbuh kencang sepanjang kuartal III/2022. Pertumbuhan kinerja bank-bank besar ini, salah satunya ditopang oleh
fee based income (pendapatan non bunga) yang meningkat cukup baik. PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) misalnya, membukukan pendapatan non bunga (
bank only) meningkat 11% secara tahunan alias
year on year (YoY) menjadi Rp 26,70 triliun dari tahun sebelumnya yang sebesar Rp 24,05 triliun. FBI sendiri mencapai Rp 13,6 triliun atau tumbuh 11,3% dari tahun sebelumnya. Sisanya dari pendapatan
recovery, treasury dan lain-lain. Pertumbuhan FBI BRI terutama ditopang dari biaya administrasi deposito yang naik 25% jadi Rp 3,42 triliun,
fee terkait administrasi kredit naik 10% jadi Rp 1,40 triliun, dan transaksi
e-channel naik 41% jadi Rp 5,58 triliun, transaksi
trade finance dan bisnis internasional naik 11% jadi Rp 1,44 triliun dan lain-lain.
"Penopang utamanya diantaranya transaksi
e-channel diantaranya melalui BRImo dan ATM BRI serta Agen BRILink serta transaksi
trade finance dan bisnis internasional," kata Sekretaris Perusahaan BRI, Aestika Oryza Gunarto kepada Kontan.co.id.
Baca Juga: Kelar Pemenuhan Modal Inti, OJK Sebut Tren Konsolidasi Perbankan Bakal Berlanjut BRI optimistis
fee income di tahun depan dapat tumbuh
double digit. Terkait
fee income, BRI mengaku telah menyiapkan strategi sesuai dengan masing-masing segmen, diantaranya, pengembangan bisnis berbasis ekosistem baik di segmen mikro, kecil, menengah, dan korporasi untuk menangkap potensi CASA dan perolehan
fee income. Selain itu kata Aes, dari segmen konsumer, BRI akan meningkatkan
fee income melalui transaksi keuangan di produk ritel dan
wealth management serta meningkatkan penetrasi BRImo sebagai
super app milik BRI. "BRI juga akan terus meningkatkan produktivitas Agen BRILink, dimana sepanjang Januari-September 2022 Agen BRILink telah memberikan
fee income kepada BRI sebesar Rp 1,05 triliun," ungkap Aes. Adapun PT Bank Mandiri Tbk membukukan pendapatan non bunga konsolidasi sebesar Rp 24,08 triliun pada kuartal III/2022, tumbuh 3,74% YoY dari tahun sebelumnya yang mencapai Rp 23,79 triliun. Bank ini mengantongi FBI tumbuh 4,7% YoY jadi Rp 19,91 triliun. Pertumbuhan FBI Bank Mandiri terutama ditopang oleh
fee dari transaksi
e-channel yang meningkat 20,8% jadi Ro 2,42 triliun dimana pendapatan dari Livin,
SMS banking dan
internet banking melonjak 28,6% jadi Rp 1,27 triliun. Lalu pendapatan dari
fee administrasi kredit naik 10,7% jadi 2,24 triliun, serta
fee dari DPK, pengelolaan kas, dan remitansi naik 11,1% jadi Rp 2,73 triliun. PT Bank Central Asia Tbk (BCA) juga, membukukan pendapatan non bunga sebesar Rp 16,66 triliun sepanjang Januari-September 2022. Itu tumbuh 7,8% secara tahunan. Dengan dukungan pendapatan non bunga serta pertumbuhan pendapatan bunga bersih (
net interset income/NII), BCA berhasil mencetak laba bersih tumbuh 24,8% secara tahunan menjadi Rp 29 triliun. Pertumbuhan pendapatan non bunga ini ditopang
fee based income (FBI) atau pendapatan berbasis biaya dan komisi yang melonjak 15,2% menjadi Rp 12,31 triliun. Sedangkan pendapatan
trading melorot 56,6% jadi Rp 751 miliar. Pendapatan non bunga lain-lain naik 18,6% jadi Rp 3,59 triliun. Transaksi digital salah satu penyumbang pertumbuhan FBI BCA. Per September 2022, bank ini mencatatkan frekuensi transaksi
mobile banking 3,93 miliar atau tumbuh 49% dengan volume mencapai Rp 3.966 triliun atau meningkat 39,1%. Transaksi
internet banking BCA juga meningkat 13% menjadi 1,23 miliar transaksi dengan volume mencapai Rp 12.902 triliun atau tumbuh 19,1%.
Baca Juga: Bank Hijra Resmi Meluncur Jadi Bank Digital Jahja Setiaatmadja Presiden Direktur BCA mengatakan, pendapatan non bunga BCA akan semakin meningkat ke depan. Ia bilang, tren kenaikan suku bunga akan membawa dampak positif ke pendapatan non bunga. "Kami banyak menempatkan dana di surat berharga negara. Biasanya kalau suku bunga naik
yield surat berharga naik, sehingga ini akan positif ke pendapatan non bunga BCA," kata Jahja. Sementara untuk mendorong transaksi digital, BCA akan terus melakukan pengembangan myBCA menjadi aplikasi pelayanan terintegrasi di masa depan. Jahja bilang, pihaknya sudah menambahkan layanan
wealth management melalui fitur WELMA untuk transaksi produk investasi reksadana dan obligasi pasar sekunder. Selain itu, fitur baru bernama “Bayar dan Isi Ulang” diperkenalkan pada aplikasi myBCA. Fitur ini diharapkan dapat memudahkan nasabah untuk membayar berbagai macam tagihan kebutuhan sehari-hari, seperti paket data, BPJS Kesehatan, pinjaman, asuransi, internet, hingga tagihan air. PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) juga mencatatkan pertumbuhan pendapatan non bunga sekitar 7,8% secara tahunan menjadi Rp 10,21 triliun per September 2022. "Pertumbuhan pendapatan non bunga tersebut terutama didorong dari transaksi digital dan bisnis sindikasi," kata Direktur Utama BNI Royke Tumilaar.
Perseroan tercatat membukukan pendapatan dari bisnis sindikasi sebesar Rp 611 miliar atau melesat 91,5% secara tahunan. Lalu pendapatan dari PPOP dan pembayaran tagihan tumbuh 17,9% secara tahunan jadi Rp 251 miliar, pendapatan FX
trading dan derivatif naik 18,3% menjadi Rp 1,31 triliun dan pendapatan dari pensiun
fund naik 9% menjadi Rp 164 miliar. Selain itu, pendapatan dari
maintenance kartu debit tercatat naik 5,8% menjadi Rp 401 miliar, dari bisnis remitansi naik 4,1% menjadi Rp 169 miliar, pendapatan
maintenance rekening naik 1,3% menjadi Rp 1,56 triliun. Sedangkan pendapatan dari transaksi dari ATM dan
e-channel malah tercatat turun 0,9% menjadi Rp 1,125 triliun, dari
trade finance turun 17,6% jadi Rp 888 miliar dan pendapatan
marketable securities turun 18,1% jadi Rp 1,31 triliun. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Tendi Mahadi