KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) berhasil mencatatkan pertumbuhan pendapatan non bunga sebesar 11% pada semester I 2022 secara
year on year (YoY). Secara total, bank ini mengantongi pendapatan non bunga secara konsolidasi sebesar Rp 7,55 triliun. Dibandingkan dengan Rp 6,8 triliun pada semester I 2021.
Fee based income (FBI) atau pendapatan berbasis komisi dari segmen konsumer tercatat naik 5,6% YoY menjadi Rp 3,34 triliun. Berdasarkan materi paparan kinerja semester I 2022, pertumbuhan ini terutama ditopang oleh pendapatan dari layanan PPOB dan
billpayment yang meningkat 17,1% menjadi Rp 162 miliar serta pendapatan dari bisnis karu dan bancassurance meningkat 12,7% YoY menjadi Rp 1,01 triliun. Adapun FBI dari ATM dan
e-chennel hanya naik 1,9% menjadi Rp 750 miliar.
Sedangkan pendapatan non bunga dari
business banking tumbuh 15,2% menjadi Rp 4,1 triliun. Ini ditopang dari pertumbuhan pendapatan kredit sindikasi sebesar 47,4% YoY menjadi Rp 356 miliar, lalu pendapatan dari
forex tranding dan
derivatives tumbuh 38,6% menjadi Rp 978 miliar. Hanya pendapatan dari
trade finance yang mengalami penurunan sebesar 19,5% YoY jadi Rp 589 miliar.
Baca Juga: Penilaian Tingkat Kematangan Digital Perbankan akan Dilakukan Setahun Sekali Pendapatan non bunga ini menjadi salah satu pendorong pertumbuhan kinerja Bank BNI sepanjang paruh pertama tahun ini dimana laba bersih perseroan mencapai Rp 8,8 triliun atau tumbuh 75,1% YoY. Direktur Utama BNI Royke Tumilaar menyampaikan, pihaknya mencatat pemulihan ekonomi terjadi dengan sangat baik pada pertengahan tahun ini. Geliat usaha serta konsumsi masyarakat semakin kuat sehingga mendorong kinerja BNI sebagai fungsi intermediator. Pertumbuhan kinerja organik berbasis layanan digital di BNI telah menghasilkan pendapatan operasional sebelum pencadangan (PPOP) yang kuat dan tertinggi dalam sejarah kinerja BNI. Hal ini dihasilkan dari ekspansi kredit yang sehat dan didukung oleh DPK berbiaya murah atau CASA. “Per Juni 2022, pengguna BNI Mobile Banking berkontribusi terhadap 59,2% tabungan. Sementara, 92% dana giro dikontribusikan oleh pengguna layanan
cash management,” kata Royke dalam paparan kinerja semester I 2022 baru-baru ini. BNI mencatat jumlah pengguna aplikasi BNI Mobile Banking mencapai 12,14 juta nasabah sampai dengan Juni 2022 atau meningkat 34,7% YoY. Jumlah transaksi meningkat signifikan sebesar 34,8% hingga mencapai 271 juta dengan nilai transaksi mencapai Rp 368 triliun atau tumbuh 36,8% YoY. Hingga kini, BNI telah menjalin
partnership dengan lebih dari 4.000 mitra Application Programming Interface (API), dengan total layanan mencapai 443 layanan. Fungsi perbankan untuk memberikan akses layanan keuangan kepada masyarakat, terutama di
remote area, juga terus ditingkatkan dengan menjadikan layanan
branchless banking atau BNI Agen46 sebagai ujung tombak.
Baca Juga: Ini 11 Pokok Pengaturan POJK Penyelenggaraan Teknologi Informasi di Bank Umum Jumlah Agen46 yang merupakan perpanjangan tangan bank ini sudah mencapai lebih dari 161.000 agen untuk membantu, sebagian masyarakat yang belum terlayani institusi keuangan formal. Bahkan, nilai volume transaksi dari Agen46 sudah mencapai Rp 37,32 triliun. Layanan uang elektronik lewat produk Tapcash juga turut mendukung tren transaksi non tunai masyarakat. Total 8,89 juta kartu Tapcash yang beredar mampu mendukung transaksi transportasi, F&B, dan minimarket dengan volume transaksi sebesar Rp 698 miliar. Selain itu, kinerja digital
Business Banking juga tercatat semakin kuat pada paruh pertama tahun ini. Solusi digital bisnis BNIDirect membukukan kinerja yang semakin kuat. Dengan total
user telah mencapai 79.800, BNIDirect telah membukukan volume transaksi lebih dari Rp 2.500 triliun. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Tendi Mahadi