Pendapatan non bunga BRI terdongkrak trade finance



JAKARTA. PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI/BRI) mencatatkan lonjakan pendapatan non bunga (fee based income/FBI). Sekretaris Perusahaan BRI Muhamad Ali, menjelaskan kenaikan tersebut menopang pertumbuhan laba perusahaan, selain dari adanya kenaikan dalam pendapatan bunga alias nett interest margin/NIM. Sejak akhir 2009 hingga September lalu, bank yang memiliki kode saham BBRI ini berhasil membukukan peningkatan rata-rata FBI per tahun sebesar 23,13%. Nominalnya dari Rp 2,1 triliun menjadi Rp 3,7 triliun.

Pencatat pertumbuhan terbesar adalah trade finance yang mencapai 86,13%. “Ini luar biasa, sebab meski kami bukan pemain utama di sini tapi pertumbuhannya besar,” ujarnya.

Pertumbuhan kedua ditempati pos jasa pembayaran yang mencapai 45,94%. Kemudian jasa transaksi anjungan tunai mandiri (ATM) sebesar 34,06%. Pertumbuhan ini dihitung secara year on year yakni dari September 2011 hingga September 2012.


Perlu diketahui, pendapatan BRI dari trade finance pada 2009 hanya sebesar Rp 98 miliar. Namun hingga September 2012 menjadi Rp 210 miliar atau terjadi pertumbuhan rata-rata per tahun sebesar 32,03%. Jasa ATM sebesar Rp 238 miliar pada 2009 menjadi Rp 361 miliar pada September 2012 atau tumbuh rata-rata per tahun 16,40%.   Atas kerja keras menggenjot pendapatan non bunga, kontribusi FBI terhadap total income BRI meningkat dari 5,3% pada 2009 menjadi 6,7% pada September 2012.  Ali mengatakan, tingginya pertumbuhan FBI ini tak lepas dari aksi ekspansi unit kerja (Uker) dan layanan BRI sampai ke pelosok desa dan kota di Tanah Air.

”Jumlah Uker kami pada 2009 baru 6.341. Sekarang sudah 8.888 atau tumbuh 13,06% per tahun,” papar Ali.

Penggunaan ATM makin ramai   Sedangkan untuk layanan E Channel, pada akhir 2009 lalu jumlah ATM sebanyak 3.778 ATM namun kini tercatat sebanyak 11.623 ATM atau tumbuh rata-rata per tahun 50,48%. Jumlah electronic data capture (EDC) BRI juga melonjak 90,24% per tahun.  Pada 2009 EDC BRI baru sebanyak 6.398 EDC, namun September 2012, EDC tersebut mencapai 37.507 EDC.   Di sisi lain, hingga September 2012 jumlah pengguna ATM BRI sudah mencapai 15,212 juta atau melesat sebesar 56,15% per tahunnya. Pengguna layanan BRI via pesan singkat (SMS Banking) juga melonjak dari 244.000 pengguna pada 2009 menjadi 2,89 juta pengguna pada September 2012 atau tumbuh 145,71% per tahun. Penikmat layanan BRI via dunia maya alias internet banking juga naik 72,22% tiap tahun   Secara keseluruhan transaksi melalui ATM,SMS, dan Internet, sejak 2009 tumbuh rata-rata per tahun masing-masing sebesar 77,49%,108,79%, dan 66,80%. Dampak dari kian mudahnya akses masyarakat ke layanan ini, BRI terus membukukan peningkatan akuisisi nasabah baru aktif meski di tengah persaingan perbankan yang kian ketat.

“Per 2009 BRI memiliki 36.453.048 nasabah, September 2012 menjadi 39.072.598 atau tumbuh rata-rata 2,56% per tahun,” tambah Ali.   Rekening tersebut terdiri atas nasabah simpanan 30.254.213 atau tumbuh 2,30% per tahun dan pinjaman sebanyak 8.818.385 rekening aktif atau tumbuh 3,44% per tahun.   Ali mengatakan, peningkatan kontribusi FBI bakal berdampak positif bagi ekspansi kredit perusahaan. Pasalnya, kenaikan ini akan mendorong bunga pinjaman semakin kompetitif dan akan meningkatkan jumlah nasabah pinjaman serta meningkatkan kualitas manajemen risiko debitur.   Tak sekadar ekspansi jaringan, bank milik pemerintah ini juga mengoptimalkan fungsi Uker Konvensional seperti Kantor Cabang, KCP, BRI Unit sampai Teras BRI.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: