KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Transaksi dengan menggunakan BI-Fast semakin diminati masyarakat Indonesia. Itu tercermin dari jumlah transaksi lewat skema ini yang tercatat kian melesat hingga kuartal pertama tahun 2023. Bank Indonesia (BI) mencatat total volume transaksi BI-Fast sepanjang tiga bulan pertama tahun ini sudah mencapai 408 juta kali dengan nilai transaksi Rp 1,13 triliun. Deputi Gubernur BI, Filianingsih Hendarta mengatakan, BI-Fast kini telah menjadi primadona masyarakat karena telah memangkas biaya transfer antar bank hingga 60% karena proses settlement dilakukan oleh bank sentral.
Jumlah peserta BI-Fast saat ini telah mencapai 122 bank yang masuk bertahap dalam enam gelombang. Itu terdiri dari 199 bank dan 4 non bank. Jumlah perserta ini sudah mewakili 90% dari total pangsa pasar pembayaran ritel di Tanah Air. BI memperkirakan volume transaksi BI-Fast tersebut akan terus meningkat. "Kami mengharapkan volume transaksi sepanjang tahun 2023 bisa mencapai sekitar 1 miliar," kata Filianingsih dalam Festival Ekonomi Keuangan Digital (Fekdi) 2023, Selasa (9/5). Adapun biaya transaksi BI-Fast yang dikenakan ke nasabah saat ini adalah Rp 2.500 per transaksi. Dari jumlah itu, hanya Rp 19 dipungut BI. Sementara Rp 2.481 masuk menjadi pendapatan peserta yang bertindakn sebagai issuer atau pengirim. Dengan begitu, peserta BI-Fast telah membukukan pendapatan sebesar Rp 1,01 triliun sepanjang tiga bulan pertama tahun ini. Peserta yang berhasil mencatatkan transaksi besar dari BI-Fast tentu telah panen pendapatan. Bank BCA misalnya, tahun lalu melayani transaksi BI-Fast sebanyak 360 juta kali dengan nilai Rp 1.120 triliun. Mengingat BCA melakukan investasi sendiri dalam mengembangkan connector untuk terhubung ke infrastruktur BI-Fast maka bank ini meraup pendapatan Rp 893,1 miliar dari BI-Fast tahun lalu. Angka itu didapat dengan mengalikan Rp 2.481 dengan volume transaksi yang dilayani perseroan. Sementara Bank Mandiri tahun lalu melayani transaksi BI-Fast hingga 250 juta kali. Artinya, bank pelat merah ini meraup pendapatan Rp 620,2 miliar dari layanan tersebut. Dengan peningkatan jumlah transaksi tersebut, penurunan biaya BI-Fast kini jadi perhatian mengingat sebelumnya BI sempat mengebut akan mengkaji penurunan tarif seiring kenaikan jumlah transaksi. Namun, pada Maret lalu, BI menyampaikan biaya tranfer BI-Fast belum waktunya untuk diturunkan meskipun transaksinya melaju kian pesat. Tarif maksimal Rp 2.500 yang berlaku saat ini dipandang masih menggambarkan keseimbangan antara industri dan masyarakat. Untuk saat ini, BI masih memilih fokus untuk meningkatkan layanan BI-Fast dan juga jumlah pesertanya. Namun, ke depannya, kebijakan tarif tersebut tetap akan dikaji ulang untuk dilakukan penyesuaian seiring dengan perkembangan transaksi dan pesertanya. "Terkait pricing, BI selalu memperhatikan bagaimana interkoneksinya yang meliputi banyak komponen, ada investasi, operasional, pengembangan dan lain-lain. Tapi intinya, asesmen dilakukan dengan memperhatikan keseimbangan antara industri dan masyarakat. Untuk saat ini masih seimbang. Tetapi ke depan, tentu kami akan terus mereview keseimbangan kebijakan harga ini," kata Deputi Gubernur BI Doni Primanto Joewono.
Tahun ini, BI memilih fokus menambah jumlah peserta BI-Fast dan memperluas layanan. Saat ini, layanan BI-Fast baru bisa digunakan untuk transfer credit. Pada pertengahan tahun, BI akan menambah beberapa layanan baru yakni direct debit, bulk credit atau transfer dalam jumlah besar, dan request payment. Juda bilang, dengan tambahan layanan itu maka korporasi akan semakin banyak menggunakan layanan BI-Fast. Dengan layanan baru bulk credit , perusahaan-perusahaan yang ingin membayar gaji atau alat-alat operasional kantor bisa dibuat rekapannya atau transfer bisa dilakukan secara gelondongan. Layanan baru yang menyasar korporasi ini diharapkan bisa semakin meningkatkan transaksi BI-Fast ke depan. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Dina Hutauruk