KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Great Eastern General Insurance Indonesia (GEGI) mencatatkan pertumbuhan pendapatan premi asuransi properti di semester I-2024.
Marketing Director Great Eastern General Insurance Indonesia, Linggawati Tok, mengatakan GEGI berhasil meraih pendapatan premi asuransi properti Rp 299 miliar hingga Juli 2024. "Nilai itu meningkat 20%, jika dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya," ucapnya kepada Kontan, Senin (26/8).
Linggawati menerangkan, pertumbuhan premi asuransi properti tersebut didukung dari sektor komersial dan industrial sebesar 95%, sedangkan dari sektor rumah tinggal masih sekitar 5%.
Baca Juga: Great Eastern Kantongi Pendapatan Premi Asuransi Properti Rp 262,6 Miliar Lebih lanjut, Linggawati menyampaikan GEGI memiliki sekitar 8.000 nasabah rumah tinggal hingga Juli 2024. Dia bilang, sekitar 25% merupakan nasabah yang terikat dengan kredit bank. Hal yang menarik, yaitu bank umumnya hanya mempersyaratkan asuransi kebakaran saja untuk aset kredit kepemilikan rumah, sedangkan nasabah non kredit bank lebih sadar membeli asuransi gempa bumi untuk melindungi aset. "GEGI terus berupaya untuk memberikan literasi dan kampanye kepada masyarakat terutama melalui jalur distribusi bank, agen, maupun pialang asuransi, bahwa Indonesia dikelilingi oleh ring of fire dengan ragam bencana alam yang mengancam, terutama risiko gempa bumi. Dengan demikian, masyarakat yang memiliki aset di sektor rumah tinggal membeli asuransi gempa bumi," tuturnya. Terkait adanya kabar ancaman bencana alam gempa megathrust yang belakangan hangat dibicarakan, Linggawati menyampaikan sebenarnya industri asuransi di Indonesia telah menyiapkan dari jauh-jauh hari dengan mendirikan perusahaan reasuransi MAIPARK yang didirikan khusus untuk mengelola risiko bencana alam dan semua perusahaan asuransi menjadi pemegang saham perusahaan tersebut.
Baca Juga: Kinerja Asuransi Kendaraan Great Eastern Tumbuh Tipis di Semester I-2024 "Hal itu adalah bentuk kesiapan industri asuransi dalam mengelola ancaman risiko bencana, khususnya gempa bumi," kata Linggawati. Linggawati menambahkan, perusahaan asuransi terus berupaya mengedukasi adanya ancaman megathrust, termasuk kesiap-siagaan perusahaaan asuransi dalam menyiapkan proteksi terhadap risiko gempa bumi dengan program reasuransi yang cukup untuk akumulasi risiko terbesar. Utamanya tersebar di wilayah Jakarta dan Jawa Barat yang merupakan risiko dengan tingkat kerugian paling tinggi jika terjadi megathrust. "Akibatnya, dari makin meningkatnya kesadaran masyarakat, terutama perusahaan akan bahaya megathrust, hampir 70% risiko komersial dan industrial sudah mengasuransikan risiko gempa bumi, sedangkan untuk risiko rumah tinggal masih kurang dari 25%," ujarnya.
Baca Juga: Great Eastern Targetkan Pendapatan Premi Asuransi Rekayasa Rp 46 Miliar pada 2024 Linggawati melanjutkan, sebagian besar risiko rumah tinggal masih menjamin risiko kebakaran saja. Faktor utamanya, yakni karena premi asuransi gempa bumi masih sangat mahal atau dua kali lipat harganya dari premi asuransi kebakaran. Dia berharap pemerintah dapat memberikan subsidi dengan mengalokasikan dana tanggap bencana untuk dapat dikelola oleh perusahaan asuransi agar dapat memberikan proteksi asuransi bencana yang lebih terjangkau bagi masyarakat. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Noverius Laoli