Pendapatan premi tumbuh 20,99% pada Mei, Asuransi Bintang selektif di semester II



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Asuransi Bintang Tbk (ASBI) mencatatkan pendapatan premi senilai Rp 196 miliar hingga Mei 2020. Direktur Asuransi Bintang HSM Widodo mengatakan, nilai itu tumbuh 20,99% secara year to date (ytd) dibandingkan akhir 2019 yang senilai Rp 162 miliar.

Ia menyatakan kinerja itu ditopang oleh lini bisnis properti dan rangka kapal. Selain itu pertumbuhan kinerja juga didukung oleh agen dan broker asuransi.

Kinerja ASBI hingga lima bulan pertama 2020, mampu berada di atas kinerja industri asuransi umum. Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pendapatan premi  industri turun 6,48% yoy dari Rp 32,85 triliun menjadi Rp 30,72 triliun hingga Mei 2020.


Baca Juga: Berkat WFH, Asuransi Bintang (ASBI) hemat pengeluaran hingga Rp 700 juta per bulan

“Properti tumbuh besar pada Maret dan April karena sejak awal PSBB banyak perusahaan asuransi yang work from home (WFH) secara tidak full jadi response dan akseptasi lambat sekali. Sedangkan ASBI full operation dengan WFH, jadi banyak terima bisnis baru,” ujar Widodo kepada Kontan.co.id, Senin (13/7).

Ia melanjutkan, kinerja rangka kapal didukung oleh adanya penambahan kapal baru dalam group Bintang. Selain itu, Widodo mengaku ASBI berhasil mengembangkan portofolio lini bisnis ini di area timur.

Ia menilai bisnis asuransi kendaraan bermotor masih akan tertekan di tengah pandemi Covid-19. Ia melihat laporan Gaikindo dari produksi mobil ratusan ribu per bulan, kini tinggal 2.600 di Mei 2020.

“Tapi dari sisi pelambatan ekonomi seperti sekarang ya semuanya kena. ASBI sudah ambil early start dengan pertumbuhan pada semester I-2020. Jadi pada semester II-2020, masuk safe mode. Jadi prioritas pada cashflow and asset atau liability management agar selamat sampi 2021,” papar Widodo.

Ia melihat, proyeksi WorldBank, IMF dan ADB pertumbuhan ekonomi Indonesia akan kembali mengeliat pada 2021. Sehingga ASBI lebih memprioritaskan menjaga kesehatan perusahaan guna menangkap peluang di 2021 mendatang.

“ASBI sangat selektif sekali, terutama dari perhitungan cashflow harus positif.  Kami tidak perlu top line (pendapatan premi) sehingga memberikan payment term dengan cicilan yang mengakibatkan cashflow missmatch dengan pembayaran ke reasuransi. Kalaupun memang ada 1-2 kasus ini sangat selektif sekali dan dengan working paper comprehensive,” pungkas Widodo.

Baca Juga: Di tengah Covid-19, Asuransi Bintang (ASBI) bukukan pertumbuhan premi 31,5% per April

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi