KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penjualan aset kredit bermasalah telah menjadi salah satu penopang kinerja PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) sepanjang 2023. Ini tercermin dari pendapatan
recovery yang meningkat di periode tersebut. Per Desember 2023, pendapatan
recovery BTN meningkat signifikan sebesar 137,7% menjadi Rp 882 miliar, atau naik dari Rp 371 miliar di periode yang sama pada tahun lalu. Direktur Risk Management Bank BTN Setiyo Wibowo menyampaikan penjualan aset tahun lalu memang lebih baik karena adanya pembayaran klaim dari asuransi jiwasraya dan permintaan tinggi terhadap properti, apalagi terkait restrukturisasi kredit covid-19 BTN telah membuat unit khusus untuk memitigasi penjualan aset dan hasilnya pun cukup produktif.
Baca Juga: Agar Orang Bisa KPR, BTN Dukung Program KPR 35 Tahun "Kontribusi terbesar dalam bentuk konsumer, jadi KPR subsidi dan non subsidi. Di komersial juga ada beberapa
account yang kita selesaikan tahun ini," katanya di Jakarta (12/2). Ia menjelaskan bahwa memang segmen konsumer jauh lebih mudah untuk dijual dibandingkan dengan segmen komersial karena memiliki risiko yang jauh lebih tinggi.
Tapi meski begitu sudah ada investor yang berminat sehingga harapannya hal tersebut mampu menurunkan kredit berisiko di tahun ini. "Kalau komersial apalagi
high risk seperti apartemen dan belum 100% jadi memang susah. Tapi sudah ada yang minat, di sekitar daerah Jakarta dan Surabaya," lanjutnya.
Baca Juga: Perbankan Catat Penurun Loan at Risk Jelang Restrukturisasi Kredit Covid 19 Berakhir Sementara tahun ini Setiyo berharap agar pendapatan
recovery tidak jauh berbeda dari tahun lalu mengingat
outstanding klaim jiwasraya sekitar 200 miliar akan dibayar pada tahun ini. Di sisi lain untuk hapus buku, Bank yang aktif dalam pengkreditan rumah ini akan mengalokasikan paling banyak Rp 3 triliun tahun ini. "Kami berharap
recovery tahun ini sekitar Rp 500 miliar - Rp 800 miliar," tutupnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Noverius Laoli